"Halo-halo~, jangan menghalangi jalanku~"
Aura menyapa para tentara yang ketakutan di atas tembok kota. Dia memanfaatkan celah yang ada di tembok dan hendak melewatinya dalam satu gerakan.
Sementara para tentara di atas tembok ingin menggunakan tombak mereka untuk menyerang, apa yang mereka saksikan selanjutnya yaitu gerakan tidak manusiawi - dia melompati para tentara, berputar di udara—
"Hyup"
—Dan mendarat dengan sempurna di sisi lain dari benteng.
"V!"
Gerakan tangannya membentuk huruf V agar dapat terlihat oleh para tentara.
Sorotan mata yang menuju pada Aura, walau penampilannya seperti anak-anak, semuanya dipenuhi dengan rasa takut. Setelah melihat tubuhnya yang luar biasa ringan beraksi, pasti tidak ada dari mereka yang masih mempercayai jika dia seorang anak biasa. Ditambah, ada juga masalah magical beast yang berada di bawah, sedang menunggu.
Aura mengabaikan manusia dan mengeluarkan secarik kertas dari saku di pinggangnya dengan santai.
Para tentara bergerak ke arah Aura selangkah demi selangkah untuk mengepungnya, tombak mereka di acungkan ke arahnya namun dia terus mengabaikan mereka.
"Oke, semuanya. Aku akan mengatakan ini lagi~ - Jangan menghalangi jalanku~ -"
Aura membuka gulungan kertas untuk membandingkan ibukota di depannya dengan apa yang digambar di peta.
Jika seluruh pemandangan simbol kotanya serupa, akan lebih mudah untuk dibaca.
Dia dengan mudah menemukan Guild Magician, tujuan pertama yang hendak dirinya tuju.
Aura, saat ini dalam keadaan puas, berbalik untuk menatap para tentara yang mengepungnya. Ujung beberapa tombak diposisikan tepat di depan matanya pada jarak di mana sedikit gerakan saja akan membuatnya menyentuh mereka.
“Jujur saja, bahkan jika aku merupakan satu-satunya yang naik ke sini, apakah itu benar-benar ide yang cerdas untuk hanya memusatkan perhatian kalian padaku? Kalianpun sudah tahu kan, mereka juga bisa kemari?"
Para tentara saling memandang dan tatapan mereka merambat seperti mata air yang mengalir ke sisi luar tembok, tetapi sudah terlambat. Magical beast Aura memanjat dinding satu demi satu.
Daerah di sekitar mereka bergema dengan ratapan menyedihkan tentara lain.
Aura memiliki kemampuan tempur yang lebih besar daripada mereka dan sementara memang benar jika penampilan dapat menipu, ini masihlah terlalu berat untuk mereka.
Para tentara yang benar-benar kehilangan keinginan untuk bertempur, mulai saling berebut untuk melarikan diri terlebih dahulu.
Masih ada tentara yang meyakini jika posisi ini harus dipertahankan, tetapi dengan begitu banyak rekan sekerajaannya yang terburu-buru melarikan diri, sulit bagi mereka untuk mempertahankan moralnya.
Konstruksi tembok kota tebal membuat benteng-bentengnya cukup lebar, tetapi para tentara yang dipojokkan oleh rasa takut masih saling mendorong dan berdesak-desakan mencoba untuk melarikan diri. Jika mereka masih mempertahankan akal sehatnya, mereka mungkin bisa melarikan diri lebih cepat. Pada saat ini mereka hanya saling mendorong dan membuat pintu keluar dalam keadaan kacau.
Meskipun sangat mudah bagi para magical beast untuk mengejar dan memusnahkan mereka semua, mereka sama sekali tidak tertarik melakukannya. Mereka belum menerima perintah dari tuannya, itulah sebabnya mereka membiarkan para tentara melarikan diri. Itu berlaku untuk semua magical beast kecuali satu ekor.
Magical beast berlevel 71, terbesar yang pernah dia bawa untuk acara itu, seekor Iris Tyrannus Basileus. Posturnya mirip dengan Tyrannosaurus Rex, tetapi memiliki sirip di belakang punggungnya. Seperti namanya, binatang itu bersinar dengan cahaya terang. Aura tidak terlalu yakin dengan rinciannya, tetapi dia mengingat jika penciptanya pernah mengatakan, "desain aslinya didasarkan pada King of the Monsters™.".
(TLer: Godzilla)
Iris Tyrannus Basileus meraung.
Raungan yang cukup keras membuat tanah bergemuruh.
Itu bukan untuk menegaskan dominasi atau ekspresi emosinya sendiri.
Itu merupakan jenis kemampuan khusus - Brifing Bellow.
Jika seseorang memiliki level yang sama dengan binatang itu atau memiliki resistensi efek mental, itu hanya akan menjadi raungan biasa. Keadaan para tentara saat ini menunjukkan apa yang akan terjadi jika kau tidak memenuhi pengecualian tersebut.
Ketakutan mereka berubah ke tingkat ekstrem bermanifestasi menjadi tentara yang mulai berjatuhan.
Kematian instan yang disebabkan oleh rasa takut.
Binatang itu tidak melakukan ini karena kematian manusia yang ketakutan memberikannya kebahagiaan, tetapi hanya karena merasa bosan selalu dilihat dengan tatapan seperti itu. Para tentara mati karena alasan sesepele itu.
Tetapi itu bukan seolah-olah Iris Tyrannus Basileus tak menerima konsekuensinya, biaya kekuatan seperti itu besar.
Iris Tyrannus Basileus dikelilingi oleh lima dari enam binatang yang tersisa - Fenrir berlevel 78, Hound of the Wild Hunt berlevel 77, Kirin berlevel 76, Amphisbaena berlevel 76, dan Basilisk berlevel 74.
Kirin memulai memukulnya, diikuti oleh Hound of the WIld Hunt yang menginjaknya. Magical beast lainnya satu per satu bergabung untuk menendang Iris Tyrannus Basileus.
"Kau terlalu berlebihan," mungkin itulah yang ingin mereka sampaikan.
Sementara kemampuan tempur tidak ada hubungannya dengan ini, monster itu masih dibully oleh binatang dengan level yang lebih tinggi dari dirinya sendiri. Iris Tyrannus Basileus mencoba mencari simpati dari Aura dengan merengek, yang hanya menyebabkan magical beast lainnya mengintensifkan serangan mereka.
Jika pemukulan mereka sebelumnya sebanding dengan para senior dari sebuah klub yang mendisiplinkan junior mereka, apa yang terjadi saat ini lebih seperti pemukulan yang disebabkan oleh kesalahannya sendiri.
Sebagai catatan, satu-satunya binatang yang tidak berpartisipasi dalam pemukulan yaitu Avaricious Frog berlevel 58 bernama Gagarpur.
Binatang itu merupakan magical beast yang terlihat seperti mahluk dalam sebuah dongeng fantasy, seperti katak raksasa namun... bukan. Di mulutnya terdapat barisan demi barisan gigi kuning kotor dan matanya terlihat seperti lelaki paruh baya yang sering begadang.
"Suduh cukup! Teman-teman, aku tidak marah, sekarang berhentilah membully Iris-chan."
Aura menyilangkan tangannya dan melihat magical beast dengan setengah mata terbuka. Para magical beast mulai terisak.
"Baiklah, baiklah, aku juga tidak marah pada kalian."
Setelah dia mengatakan itu, magical beast - selain Iris Tyrannus Basileus - berkumpul mengelilingi Aura dan menggunakan tubuh raksasa mereka untuk membelainya.
"Myuu~"
Aura mengeluarkan suara yang menggemaskan. Sementara kekuatan fisiknya tidak kalah dari kekuatan mereka, didorong oleh tubuh raksasa mereka masih membuatnya mengeluarkan suara itu.
"Hei, hei! Beri aku - ruang!"
Di depan Aura, yang telah menepukkan tangannya, para binatang mulai berbaris - bisa dibilang, tubuh mereka besar, maka berbaris membentuk satu barisan itu cukup sulit. Masing-masing dari mereka berada dalam posisinya dan ekspresi mereka berubah menjadi tegang. Sikap manja yang mereka tunjukkan ketika membelai Aura tidak terlihat.
“Sekarang, kita akan mulai menginvasi ibukota untuk mengambil alih beberapa bangunan. Sangat disayangkan jika beberapa dari kalian mungkin tidak dapat bersinar itu saja."
Yang terbesar dari kelompok itu, Iris Tyrannus Basileus, mulai terlihat acuh tak acuh.
“Kalau begitu aku akan memberimu misi khusus! Susurilah tembok kota dan remaslah setiap manusia yang kau lihat."
"Bwooooo..."
Raungan Iris Tyrannus Basileus mengguncang udara di sekitar mereka, suaranya perlahan-lahan menggema. Monster itu menundukkan kepalanya dan dengan hati-hati melihat ke arah Aura dan binatang lainnya.
"... Mmm, bagus. Sekarang, anak-anak, operasi dimulai! Bergegaslah!"
Aura melompat turun dari tembok kota dan berhasil melewati garis pertahanan ibukota. Dia mendarat di atas atap bangunan acak dan berlari melompati atap-atap itu.
Magical beast mengikutinya dan melompat. Langkah mereka terlihat begitu mudah ketika mengekor di belakang Aura.
Sembari berbalik untuk memeriksa para binatang, Aura memandang Iris Tyrannus Basileus mengayunkan ekornya yang tebal dan kekar. Aura melambai padanya, menyebabkannya melambaikan ekornya dengan lebih bersemangat, tanpa sengaja menghancurkan setengah konstruksi benteng.
{—Kalian harus bergerak juga!}
Iris Tyrannus Basileus melompat berdiri sesaat setelah dia memberi perintah secara telepati dan mulai berjalan dengan cepat di sepanjang dinding.
Tujuan pertama Aura yaitu Guild Magician. Karena itu merupakan rumah bagi berbagai macam magic item, bangunan itu pastilah dalam keadaan siaga penuh. Secara luas bangunan itu dianggap sebagai tempat yang akan memberikan perlawanan terbesar di ibukota.
Meskipun kekuatan tempur musuh bukanlah masalah, mengumpulkan setiap magic item di tempat itu kemungkinan akan memakan banyak waktu. Mungkin dia harus memanggil bala bantuan.
Aura melintasi ibukota melalui atap demi atap saat dia memikirkan hal-hal ini.
Ibukota merupakan wilayah yang luas, tetapi dengan kecepatan Aura ketika dia serius, itu bukanlah masalah sedikitpun.
Tidak lama setelah dia melompati tembok kota, dirinya sampai di tujuannya.
Tak satu pun dari magical beast yang tertinggal. Yah tidak, Gagarpur bisa saja tertinggal, jadi binatang itu digendong oleh Basilisk.
Terdapat tiga menara lima lantai di garis pandangnya. Guild Magician, yang pada dasarnya merupakan beberapa bangunan tinggi dengan dua lantai yang lebih tinggi daripada lebarnya, telah menutup gerbang berbentuk kotak mereka. Di sisi-sisi gerbang ada dua menara setinggi dua lantai.
Dia belum mendeteksi keberadaan orang-orang yang berada di luar, tetapi aktivitas manusia bisa terlihat di dalam bangunan itu. Manusiapun menyadari dirinya.
Aura melompat ke wilayah guild dan melihat peta di tangannya, membandingkan penampilan bangunan.
“Mmm — Hmm. Itu ada di sana, jadi ini ada di sini ya?"
Memanfaatkan informasi yang mereka terima dari pendukung mereka di ibukota, mereka memiliki sketsa kasar bangunan guild. Magic item bisa berada di suatu tempat di dalam sini.
Namun, karena ada banyak lokasi yang memiliki kemungkinan tinggi, mereka tidak yakin di mana item sihir itu disimpan. Mereka juga tidak bisa menangkap magic caster berlevel tinggi untuk menginterogasinya, jadi Aura harus membuat penilaiannya sendiri.
Sementara itu melelahkan, luas wilayah yang dimiliki Guild Magician menyiratkan bangunan ini jauh lebih efisien untuk serangan sihir dibandingkan dengan serangan gelombang manusia.
"Ayo pergi."
Pada saat yang sama Aura mulai berjalan lurus menuju gerbang, orang-orang muncul dari sana. Ada lima pria dan seorang wanita. Seorang pria tua berdiri di depan mereka.
Aura tiba-tiba berpikir, {oh.}
Jika mereka memegang posisi tinggi di Guild Magician, itu akan menghemat banyak waktu, tetapi Aura tidak bisa tidak merasa kecewa setelah melihat pria tua itu.
Pria tua itu pastilah seorang warrior dari penampilannya.
Dia mengenakan pakaian khas dojo, dari pinggang kebawah berwarna hitam dan dari pinggang keatas berwarna biru laut. Dua pedang tergantung di sisi pinggangnya dan pelindung dada menutupi tubuhnya.
Kepalanya tertutupi rambut putih, tidak ada sehelai rambut pun yang hitam. Lengannya ramping, seperti yang diharapkan dari usianya, namun kulitnya tidaklah kendur. Sosoknya kurus namun keras seperti baja.
Mata persepsi berukuran seperti mata binatang Aura naik-turun beberapa kali.
“Mungkinkah, ayo kita konfirmasi terlebih dahulu. Bocah, kau itu bawahan Sorcerer King kan?"
Aura mengamati para manusia di belakang pria tua itu. Sementara mereka mengenakan pakaian yang sama dengannya, tak satu pun dari mereka yang membawa pedang. Pria tua ini mungkin merupakan master dojonya dan sisanya adalah muridnya.
Sementara dia tidak bisa mencari tahu hubungan seperti apa yang dimiliki Guild Magician dengan sebuah dojo, pastilah mereka memiliki hubungan karena melindungi tempat ini.
Meskipun Aura merasa seperti mereka mungkin bisa memberikan lebih banyak informasi kepadanya daripada magic caster biasa, itu kemungkinan informasi yang tidak penting.
"-Kenapa kau tidak menjawab? Aku ingin memberitahumu jika aku tidak akan bermain-main, bahkan jika kau hanya seorang anak kecil."
Untuk memasang penampilan seperti itu terlepas dari magical beast milik Aura mungkin karena magical beastnya tidak menunjukkan niat jahat atau haus darah. Atau mungkin lawan mereka seorang pemberani, sudah membulatkan tekad, dan percaya diri.
“Mmm — Hmm. Umm, jika kau bersedia menjadi pemanduku, aku tidak akan membunuhmu lho? Ah, anak-anak ini juga tidak akan menyerangmu."
Aura berencana untuk menepati janji itu, lagipula nati Mare lah yang akan membunuh mereka semua.
"Berani sekali kau mengoceh, bocah. Kau mungkin tidak bisa melewati tempat ini. Aku tidak bisa membiarkan item pemanggil iblis itu jatuh ke tangan orang-orang sepertimu."
Aura kehilangan ketenangannya dan tertawa.
Mengetahui jika item itu masih di sini sudah cukup baginya. Dia harus mengamankannya dan mengembalikannya kepada Demiurge.
"Ah - begitu ya. Jadi apa jawaban kalian untuk pertanyaanku?"
"Aku menolak. Bagaimanapun, aku, Ves—"
Pria tua itu roboh dengan bunyi gedebuk.
Aura melepaskan panah.
Kepala pria tua, yang tertusuk lesatan anak panah Aura, terbelah seperti delima. Isinya berceceran ke mana-mana.
“Aku tidak punya waktu untuk mengobrol - yah, selanjutnya - sepertinya semua orang merasakan hal yang sama ya? Jika itu masalahnya, bagaimana kalau kalian berlari dan memanggil magic caster kuat untuk membantuku?"
Para manusia yang berjaga di belakang pria tua itu tertegun tanpa ekspresi. Aura merasa seperti itu akan terlalu merepotkan untuk menunggu sampai otak mereka kembali tersadar maka dia memberi perintah kepada binatangnya.
"Bunuhlah mereka semua."
Aura mengatakan itu saat dia berjalan menuju gerbang. Binatang meluncur melewatinya seperti angin topan dan menerkam manusia yang tersisa. Hanya darah dan isi perut yang tertinggal di tanah setelahnya.
----
Mare duduk sendirian di atas menara tertinggi kedua yang ada di kastil, menghadap kearah ibukota.
Pada pertempuran yang dimulai tiga hari sebelum mereka tiba di kota ini, Mare sudah membunuh begitu banyak manusia. Namun kebanyakan dari mereka adalah pria, dia belum melihat wanita atau anak-anak di antara mereka. Kalau begitu, yang tersisa kemungkinan hanyalah orang-orang lemah.
Ekspresi Mare dipenuhi dengan kesedihan.
Dia tidak bisa lagi menghitung berapa kali dia menghitung angka-angka itu di kepalanya.
—Dia tidak bisa mengetahuinya.
"Apa yang harus aku lakukan..."
Jika seseorang ada di sekitarnya, Mare akan berkonsultasi dengan mereka, tetapi tidak ada orang lain di sana. Yah tidak, para Hanzo seharusnya ada di sana, tetapi mereka tidak akan muncul di depan Mare. Ditambah, tidak ada gunanya menanyakan pertanyaan ini kepada mereka.
{Umm. A-apa yang harus aku lakukan... untuk menghancurkan kota seluas ini dengan efisien dan membunuh setiap manusia di dalamnya...?}
Sebelum Mare tiba di ibukota, dia telah menghancurkan beberapa kota bersama masternya dan mendapatkan pengalaman yang relevan untuk itu. Itulah sebabnya dia memiliki pemahaman yang jelas mengenai betapa sulitnya menghancurkan sebuah kota - betapa sulitnya tugas untuk membunuh setiap penduduk di dalamnya.
Penggunaan sihir yang berulang dan terus menerus dapat menghancurkan setiap struktur di kota dan menjadikannya tumpukan puing, tetapi untuk memastikan jika segala sesuatu di dalam kota mati bersamaan dengan itu merupakan hal yang sulit untuk dilakukan.
Misalnya, jika dia menggunakan sihir untuk memicu gempa bumi, itu akan menghancurkan semua bangunan di atas tanah serta fasilitas bawah tanah. Orang-orang di dalam bangunan tersebut sebagian besar akan tertindih hingga mati atau terkubur hidup-hidup.
Gempa yang disebabkan menggunakan sihir tidak dapat mempengaruhi benda-benda di luar jangkauan mantra, sehingga seseorang yang bersembunyi di rumah-rumah di daerah lain tidak akan menyadarinya. Suara bangunan yang runtuh dan jeritan orang-orang yang sekarat merupakan masalah lain.
Jika orang-orang mendengar suara-suara itu, mungkin ada banyak orang yang keluar dari persembunyian mereka untuk mencari tahu, melihat keluar jendela, atau yang lainnya.
Orang-orang yang menutup mata dan telinga mereka dalam ketakutan merupakan yang terbaik, karena jika mereka hanya meringkuk ketakutan di dalam rumah mereka sendiri dan berharap semuanya segera berlalu, dia hanya akan mengucapkan satu mantra dan menyelesaikan mereka semua.
Yang menjadi masalah yaitu orang-orang yang percaya jika mereka akan menjadi yang berikutnya untuk dihancurkan atau kelompok pemberani. Yang bahkan lebih menyusahkan adalah orang-orang lemah yang akan melakukan tindakan bunuh diri, mereka akan berlari ke segala arah yang tak terduga.
Kecemasan mereka akan menular ke orang-orang lainnya.
Begitu seseorang melihat mereka melarikan diri, orang itu juga akan meninggalkan rumah mereka untuk melarikan diri.
Jika mereka memilih lari ke bangunan yang masih berdiri, segalanya masih akan mudah. Namun, orang-orang yang ketakutan cenderung membuat keputusan yang tidak rasional seperti memilih berlari menuju daerah yang sudah hancur atau bahkan mencoba menyelamatkan orang lain yang terjebak di bawah puing-puing. Mereka membuat situasi jauh lebih sulit untuk ditangani.
{Aku benar-benar berharap mereka tidak akan lari...}
Jika situasi berubah menjadi seperti itu, dia harus menggunakan mantra AOE lain untuk membunuh mereka, tidaklah efektif melakukan dua kali pekerjaan untuk hasil yang sama.
Jika tidak terkendala waktu, melakukan pekerjaan dua kali tidak akan menjadi masalah besar, tetapi ini merupakan operasi yang dilakukan bersama masternya. Tidak mungkin dia bisa membiarkan hal seperti itu terjadi.
Alasannya karena dia akan menyia-nyiakan waktu berharga masternya, tetapi juga karena dia akan merasa malu jika harus mengakui dirinya tidak mampu untuk mengakhirinya dalam satu kali gerakan.
Jika solusinya menggunakan sesuatu yang berhubungan dengan gempa bumi, dia tidak dapat menjamin jika itu akan membunuh semua orang. Akan ada lebih banyak orang yang selamat dari yang diharapkannya. Sementara dia bisa membakar semuanya untuk berjaga-jaga membunuh mereka yang masih hidup, api akan sangat terlihat oleh orang-orang yang berada di kejauhan. Ini juga bisa memicu masalah utama, yaitu membuat lebih banyak orang melarikan diri.
Sungguh dilema.
{Aku harus berlatih lebih giat dan menjadi lebih alami dalam hal ini!}
Bukubukuchagama telah memberi Mare kemampuan untuk menghancurkan musuh dalam jumlah besar. Dalam hal seberapa luas area yang bisa dia pengaruhi, Mare yakin jika tidak ada Floor Guardian lainnya yang bisa menyaingi kemampuannya.
Itu sebabnya jika dia tidak bisa berhasil menghancurkan kota dan membunuh semua penghuninya, itu akan membuatnya mempertanyakan nilai dan keberadaannya sendiri.
Mungkin Bukubukuchagama akan marah yang melihat Mare seperti ini.
"Nnnnng, nnnnng..."
Mare tidak bisa tidak membayangkan Bukubukuchagama memarahinya, menyebabkan matanya mengumpulkan air mata. Sebelum air mata itu jatuh, Mare menyekanya.
"Aku harus mencoba yang terbaik... Ainz-sama juga sudah mengatakan itu."
Mare sangat menghormati dan berterima kasih kepada Ainz.
Jika Ainz tidak membiarkan Mare untuk berlatih menghancurkan kota-kota dan untuk menambah pengalaman melalui beberapa percobaan, dia tidak akan bisa berkembang seperti dirinya saat ini.
Saat dia memikirkannya, ketika perang pertama kali dimulai, Mare diminta untuk menghancurkan kota kecil. Hasil dari peristiwa itu benar-benar mengerikan.
Hasilnya bisa membuat malu Bukubukuchagama.
Tetapi ketika Mare menerima serangan egonya, kata-kata Ainz yang lembut membuatnya sangat bahagia sehingga dia bisa menangis kapanpun.
Ainz mengatakan kepada Mare bahwa selama dia memahami jika dirinya tidak memiliki pengalaman dalam sesuatu, yang harus dia lakukan yaitu belajar dengan giat untuk menempa dirinya sendiri.
Jika salah satu guardian yang mengatakan itu kepadanya, itu tidak akan menggerakkan hati Mare sebanyak ini. Namun, seseorang yang mengatakan itu merupakan sosok yang setara dengan Bukubukuchagama, salah satu Supreme Being.
Mare membulatkan tekadnya.
Dia akan menghancurkan lebih banyak kota dan desa lalu membunuh lebih banyak orang untuk menjadi seseorang yang bisa dibanggakan Bukubukuchagama.
"Baiklah!"
Sementara suaranya masih seperti anak kecil yang lucu, intonasinya dipenuhi dengan tekad yang luar biasa kuat, sesuatu yang tidak diharapkan dari Mare. Jika guardian lainnya melihat dia saat ini dan membandingkannya dengan Mare yang mereka tahu, mereka mungkin hanya akan mematung karena terkejut.
"Aku akan melakukannya!"
Mare mengepalkan telapak tangannya.
Bagaimanapun, dia harus memanfaatkan apa yang telah dia pelajari sejauh ini—
"Untuk menghancurkan ibukota dan membunuh semua penghuninya - hei, hei-"
Mare melemparkan kepalan tangannya nya yang terkatup erat ke atas.
Para Hanzo yang bersembunyi di belakangnya juga mengangkat kepalan tangan mereka.
Aura menyapa para tentara yang ketakutan di atas tembok kota. Dia memanfaatkan celah yang ada di tembok dan hendak melewatinya dalam satu gerakan.
Sementara para tentara di atas tembok ingin menggunakan tombak mereka untuk menyerang, apa yang mereka saksikan selanjutnya yaitu gerakan tidak manusiawi - dia melompati para tentara, berputar di udara—
"Hyup"
—Dan mendarat dengan sempurna di sisi lain dari benteng.
"V!"
Gerakan tangannya membentuk huruf V agar dapat terlihat oleh para tentara.
Sorotan mata yang menuju pada Aura, walau penampilannya seperti anak-anak, semuanya dipenuhi dengan rasa takut. Setelah melihat tubuhnya yang luar biasa ringan beraksi, pasti tidak ada dari mereka yang masih mempercayai jika dia seorang anak biasa. Ditambah, ada juga masalah magical beast yang berada di bawah, sedang menunggu.
Aura mengabaikan manusia dan mengeluarkan secarik kertas dari saku di pinggangnya dengan santai.
Para tentara bergerak ke arah Aura selangkah demi selangkah untuk mengepungnya, tombak mereka di acungkan ke arahnya namun dia terus mengabaikan mereka.
"Oke, semuanya. Aku akan mengatakan ini lagi~ - Jangan menghalangi jalanku~ -"
Aura membuka gulungan kertas untuk membandingkan ibukota di depannya dengan apa yang digambar di peta.
Jika seluruh pemandangan simbol kotanya serupa, akan lebih mudah untuk dibaca.
Dia dengan mudah menemukan Guild Magician, tujuan pertama yang hendak dirinya tuju.
Aura, saat ini dalam keadaan puas, berbalik untuk menatap para tentara yang mengepungnya. Ujung beberapa tombak diposisikan tepat di depan matanya pada jarak di mana sedikit gerakan saja akan membuatnya menyentuh mereka.
“Jujur saja, bahkan jika aku merupakan satu-satunya yang naik ke sini, apakah itu benar-benar ide yang cerdas untuk hanya memusatkan perhatian kalian padaku? Kalianpun sudah tahu kan, mereka juga bisa kemari?"
Para tentara saling memandang dan tatapan mereka merambat seperti mata air yang mengalir ke sisi luar tembok, tetapi sudah terlambat. Magical beast Aura memanjat dinding satu demi satu.
Daerah di sekitar mereka bergema dengan ratapan menyedihkan tentara lain.
Aura memiliki kemampuan tempur yang lebih besar daripada mereka dan sementara memang benar jika penampilan dapat menipu, ini masihlah terlalu berat untuk mereka.
Para tentara yang benar-benar kehilangan keinginan untuk bertempur, mulai saling berebut untuk melarikan diri terlebih dahulu.
Masih ada tentara yang meyakini jika posisi ini harus dipertahankan, tetapi dengan begitu banyak rekan sekerajaannya yang terburu-buru melarikan diri, sulit bagi mereka untuk mempertahankan moralnya.
Konstruksi tembok kota tebal membuat benteng-bentengnya cukup lebar, tetapi para tentara yang dipojokkan oleh rasa takut masih saling mendorong dan berdesak-desakan mencoba untuk melarikan diri. Jika mereka masih mempertahankan akal sehatnya, mereka mungkin bisa melarikan diri lebih cepat. Pada saat ini mereka hanya saling mendorong dan membuat pintu keluar dalam keadaan kacau.
Meskipun sangat mudah bagi para magical beast untuk mengejar dan memusnahkan mereka semua, mereka sama sekali tidak tertarik melakukannya. Mereka belum menerima perintah dari tuannya, itulah sebabnya mereka membiarkan para tentara melarikan diri. Itu berlaku untuk semua magical beast kecuali satu ekor.
Magical beast berlevel 71, terbesar yang pernah dia bawa untuk acara itu, seekor Iris Tyrannus Basileus. Posturnya mirip dengan Tyrannosaurus Rex, tetapi memiliki sirip di belakang punggungnya. Seperti namanya, binatang itu bersinar dengan cahaya terang. Aura tidak terlalu yakin dengan rinciannya, tetapi dia mengingat jika penciptanya pernah mengatakan, "desain aslinya didasarkan pada King of the Monsters™.".
(TLer: Godzilla)
Iris Tyrannus Basileus meraung.
Raungan yang cukup keras membuat tanah bergemuruh.
Itu bukan untuk menegaskan dominasi atau ekspresi emosinya sendiri.
Itu merupakan jenis kemampuan khusus - Brifing Bellow.
Jika seseorang memiliki level yang sama dengan binatang itu atau memiliki resistensi efek mental, itu hanya akan menjadi raungan biasa. Keadaan para tentara saat ini menunjukkan apa yang akan terjadi jika kau tidak memenuhi pengecualian tersebut.
Ketakutan mereka berubah ke tingkat ekstrem bermanifestasi menjadi tentara yang mulai berjatuhan.
Kematian instan yang disebabkan oleh rasa takut.
Binatang itu tidak melakukan ini karena kematian manusia yang ketakutan memberikannya kebahagiaan, tetapi hanya karena merasa bosan selalu dilihat dengan tatapan seperti itu. Para tentara mati karena alasan sesepele itu.
Tetapi itu bukan seolah-olah Iris Tyrannus Basileus tak menerima konsekuensinya, biaya kekuatan seperti itu besar.
Iris Tyrannus Basileus dikelilingi oleh lima dari enam binatang yang tersisa - Fenrir berlevel 78, Hound of the Wild Hunt berlevel 77, Kirin berlevel 76, Amphisbaena berlevel 76, dan Basilisk berlevel 74.
Kirin memulai memukulnya, diikuti oleh Hound of the WIld Hunt yang menginjaknya. Magical beast lainnya satu per satu bergabung untuk menendang Iris Tyrannus Basileus.
"Kau terlalu berlebihan," mungkin itulah yang ingin mereka sampaikan.
Sementara kemampuan tempur tidak ada hubungannya dengan ini, monster itu masih dibully oleh binatang dengan level yang lebih tinggi dari dirinya sendiri. Iris Tyrannus Basileus mencoba mencari simpati dari Aura dengan merengek, yang hanya menyebabkan magical beast lainnya mengintensifkan serangan mereka.
Jika pemukulan mereka sebelumnya sebanding dengan para senior dari sebuah klub yang mendisiplinkan junior mereka, apa yang terjadi saat ini lebih seperti pemukulan yang disebabkan oleh kesalahannya sendiri.
Sebagai catatan, satu-satunya binatang yang tidak berpartisipasi dalam pemukulan yaitu Avaricious Frog berlevel 58 bernama Gagarpur.
Binatang itu merupakan magical beast yang terlihat seperti mahluk dalam sebuah dongeng fantasy, seperti katak raksasa namun... bukan. Di mulutnya terdapat barisan demi barisan gigi kuning kotor dan matanya terlihat seperti lelaki paruh baya yang sering begadang.
"Suduh cukup! Teman-teman, aku tidak marah, sekarang berhentilah membully Iris-chan."
Aura menyilangkan tangannya dan melihat magical beast dengan setengah mata terbuka. Para magical beast mulai terisak.
"Baiklah, baiklah, aku juga tidak marah pada kalian."
Setelah dia mengatakan itu, magical beast - selain Iris Tyrannus Basileus - berkumpul mengelilingi Aura dan menggunakan tubuh raksasa mereka untuk membelainya.
"Myuu~"
Aura mengeluarkan suara yang menggemaskan. Sementara kekuatan fisiknya tidak kalah dari kekuatan mereka, didorong oleh tubuh raksasa mereka masih membuatnya mengeluarkan suara itu.
"Hei, hei! Beri aku - ruang!"
Di depan Aura, yang telah menepukkan tangannya, para binatang mulai berbaris - bisa dibilang, tubuh mereka besar, maka berbaris membentuk satu barisan itu cukup sulit. Masing-masing dari mereka berada dalam posisinya dan ekspresi mereka berubah menjadi tegang. Sikap manja yang mereka tunjukkan ketika membelai Aura tidak terlihat.
“Sekarang, kita akan mulai menginvasi ibukota untuk mengambil alih beberapa bangunan. Sangat disayangkan jika beberapa dari kalian mungkin tidak dapat bersinar itu saja."
Yang terbesar dari kelompok itu, Iris Tyrannus Basileus, mulai terlihat acuh tak acuh.
“Kalau begitu aku akan memberimu misi khusus! Susurilah tembok kota dan remaslah setiap manusia yang kau lihat."
"Bwooooo..."
Raungan Iris Tyrannus Basileus mengguncang udara di sekitar mereka, suaranya perlahan-lahan menggema. Monster itu menundukkan kepalanya dan dengan hati-hati melihat ke arah Aura dan binatang lainnya.
"... Mmm, bagus. Sekarang, anak-anak, operasi dimulai! Bergegaslah!"
Aura melompat turun dari tembok kota dan berhasil melewati garis pertahanan ibukota. Dia mendarat di atas atap bangunan acak dan berlari melompati atap-atap itu.
Magical beast mengikutinya dan melompat. Langkah mereka terlihat begitu mudah ketika mengekor di belakang Aura.
Sembari berbalik untuk memeriksa para binatang, Aura memandang Iris Tyrannus Basileus mengayunkan ekornya yang tebal dan kekar. Aura melambai padanya, menyebabkannya melambaikan ekornya dengan lebih bersemangat, tanpa sengaja menghancurkan setengah konstruksi benteng.
{—Kalian harus bergerak juga!}
Iris Tyrannus Basileus melompat berdiri sesaat setelah dia memberi perintah secara telepati dan mulai berjalan dengan cepat di sepanjang dinding.
Tujuan pertama Aura yaitu Guild Magician. Karena itu merupakan rumah bagi berbagai macam magic item, bangunan itu pastilah dalam keadaan siaga penuh. Secara luas bangunan itu dianggap sebagai tempat yang akan memberikan perlawanan terbesar di ibukota.
Meskipun kekuatan tempur musuh bukanlah masalah, mengumpulkan setiap magic item di tempat itu kemungkinan akan memakan banyak waktu. Mungkin dia harus memanggil bala bantuan.
Aura melintasi ibukota melalui atap demi atap saat dia memikirkan hal-hal ini.
Ibukota merupakan wilayah yang luas, tetapi dengan kecepatan Aura ketika dia serius, itu bukanlah masalah sedikitpun.
Tidak lama setelah dia melompati tembok kota, dirinya sampai di tujuannya.
Tak satu pun dari magical beast yang tertinggal. Yah tidak, Gagarpur bisa saja tertinggal, jadi binatang itu digendong oleh Basilisk.
Terdapat tiga menara lima lantai di garis pandangnya. Guild Magician, yang pada dasarnya merupakan beberapa bangunan tinggi dengan dua lantai yang lebih tinggi daripada lebarnya, telah menutup gerbang berbentuk kotak mereka. Di sisi-sisi gerbang ada dua menara setinggi dua lantai.
Dia belum mendeteksi keberadaan orang-orang yang berada di luar, tetapi aktivitas manusia bisa terlihat di dalam bangunan itu. Manusiapun menyadari dirinya.
Aura melompat ke wilayah guild dan melihat peta di tangannya, membandingkan penampilan bangunan.
“Mmm — Hmm. Itu ada di sana, jadi ini ada di sini ya?"
Memanfaatkan informasi yang mereka terima dari pendukung mereka di ibukota, mereka memiliki sketsa kasar bangunan guild. Magic item bisa berada di suatu tempat di dalam sini.
Namun, karena ada banyak lokasi yang memiliki kemungkinan tinggi, mereka tidak yakin di mana item sihir itu disimpan. Mereka juga tidak bisa menangkap magic caster berlevel tinggi untuk menginterogasinya, jadi Aura harus membuat penilaiannya sendiri.
Sementara itu melelahkan, luas wilayah yang dimiliki Guild Magician menyiratkan bangunan ini jauh lebih efisien untuk serangan sihir dibandingkan dengan serangan gelombang manusia.
"Ayo pergi."
Pada saat yang sama Aura mulai berjalan lurus menuju gerbang, orang-orang muncul dari sana. Ada lima pria dan seorang wanita. Seorang pria tua berdiri di depan mereka.
Aura tiba-tiba berpikir, {oh.}
Jika mereka memegang posisi tinggi di Guild Magician, itu akan menghemat banyak waktu, tetapi Aura tidak bisa tidak merasa kecewa setelah melihat pria tua itu.
Pria tua itu pastilah seorang warrior dari penampilannya.
Dia mengenakan pakaian khas dojo, dari pinggang kebawah berwarna hitam dan dari pinggang keatas berwarna biru laut. Dua pedang tergantung di sisi pinggangnya dan pelindung dada menutupi tubuhnya.
Kepalanya tertutupi rambut putih, tidak ada sehelai rambut pun yang hitam. Lengannya ramping, seperti yang diharapkan dari usianya, namun kulitnya tidaklah kendur. Sosoknya kurus namun keras seperti baja.
Mata persepsi berukuran seperti mata binatang Aura naik-turun beberapa kali.
“Mungkinkah, ayo kita konfirmasi terlebih dahulu. Bocah, kau itu bawahan Sorcerer King kan?"
Aura mengamati para manusia di belakang pria tua itu. Sementara mereka mengenakan pakaian yang sama dengannya, tak satu pun dari mereka yang membawa pedang. Pria tua ini mungkin merupakan master dojonya dan sisanya adalah muridnya.
Sementara dia tidak bisa mencari tahu hubungan seperti apa yang dimiliki Guild Magician dengan sebuah dojo, pastilah mereka memiliki hubungan karena melindungi tempat ini.
Meskipun Aura merasa seperti mereka mungkin bisa memberikan lebih banyak informasi kepadanya daripada magic caster biasa, itu kemungkinan informasi yang tidak penting.
"-Kenapa kau tidak menjawab? Aku ingin memberitahumu jika aku tidak akan bermain-main, bahkan jika kau hanya seorang anak kecil."
Untuk memasang penampilan seperti itu terlepas dari magical beast milik Aura mungkin karena magical beastnya tidak menunjukkan niat jahat atau haus darah. Atau mungkin lawan mereka seorang pemberani, sudah membulatkan tekad, dan percaya diri.
“Mmm — Hmm. Umm, jika kau bersedia menjadi pemanduku, aku tidak akan membunuhmu lho? Ah, anak-anak ini juga tidak akan menyerangmu."
Aura berencana untuk menepati janji itu, lagipula nati Mare lah yang akan membunuh mereka semua.
"Berani sekali kau mengoceh, bocah. Kau mungkin tidak bisa melewati tempat ini. Aku tidak bisa membiarkan item pemanggil iblis itu jatuh ke tangan orang-orang sepertimu."
Aura kehilangan ketenangannya dan tertawa.
Mengetahui jika item itu masih di sini sudah cukup baginya. Dia harus mengamankannya dan mengembalikannya kepada Demiurge.
"Ah - begitu ya. Jadi apa jawaban kalian untuk pertanyaanku?"
"Aku menolak. Bagaimanapun, aku, Ves—"
Pria tua itu roboh dengan bunyi gedebuk.
Aura melepaskan panah.
Kepala pria tua, yang tertusuk lesatan anak panah Aura, terbelah seperti delima. Isinya berceceran ke mana-mana.
“Aku tidak punya waktu untuk mengobrol - yah, selanjutnya - sepertinya semua orang merasakan hal yang sama ya? Jika itu masalahnya, bagaimana kalau kalian berlari dan memanggil magic caster kuat untuk membantuku?"
Para manusia yang berjaga di belakang pria tua itu tertegun tanpa ekspresi. Aura merasa seperti itu akan terlalu merepotkan untuk menunggu sampai otak mereka kembali tersadar maka dia memberi perintah kepada binatangnya.
"Bunuhlah mereka semua."
Aura mengatakan itu saat dia berjalan menuju gerbang. Binatang meluncur melewatinya seperti angin topan dan menerkam manusia yang tersisa. Hanya darah dan isi perut yang tertinggal di tanah setelahnya.
----
Mare duduk sendirian di atas menara tertinggi kedua yang ada di kastil, menghadap kearah ibukota.
Pada pertempuran yang dimulai tiga hari sebelum mereka tiba di kota ini, Mare sudah membunuh begitu banyak manusia. Namun kebanyakan dari mereka adalah pria, dia belum melihat wanita atau anak-anak di antara mereka. Kalau begitu, yang tersisa kemungkinan hanyalah orang-orang lemah.
Ekspresi Mare dipenuhi dengan kesedihan.
Dia tidak bisa lagi menghitung berapa kali dia menghitung angka-angka itu di kepalanya.
—Dia tidak bisa mengetahuinya.
"Apa yang harus aku lakukan..."
Jika seseorang ada di sekitarnya, Mare akan berkonsultasi dengan mereka, tetapi tidak ada orang lain di sana. Yah tidak, para Hanzo seharusnya ada di sana, tetapi mereka tidak akan muncul di depan Mare. Ditambah, tidak ada gunanya menanyakan pertanyaan ini kepada mereka.
{Umm. A-apa yang harus aku lakukan... untuk menghancurkan kota seluas ini dengan efisien dan membunuh setiap manusia di dalamnya...?}
Sebelum Mare tiba di ibukota, dia telah menghancurkan beberapa kota bersama masternya dan mendapatkan pengalaman yang relevan untuk itu. Itulah sebabnya dia memiliki pemahaman yang jelas mengenai betapa sulitnya menghancurkan sebuah kota - betapa sulitnya tugas untuk membunuh setiap penduduk di dalamnya.
Penggunaan sihir yang berulang dan terus menerus dapat menghancurkan setiap struktur di kota dan menjadikannya tumpukan puing, tetapi untuk memastikan jika segala sesuatu di dalam kota mati bersamaan dengan itu merupakan hal yang sulit untuk dilakukan.
Misalnya, jika dia menggunakan sihir untuk memicu gempa bumi, itu akan menghancurkan semua bangunan di atas tanah serta fasilitas bawah tanah. Orang-orang di dalam bangunan tersebut sebagian besar akan tertindih hingga mati atau terkubur hidup-hidup.
Gempa yang disebabkan menggunakan sihir tidak dapat mempengaruhi benda-benda di luar jangkauan mantra, sehingga seseorang yang bersembunyi di rumah-rumah di daerah lain tidak akan menyadarinya. Suara bangunan yang runtuh dan jeritan orang-orang yang sekarat merupakan masalah lain.
Jika orang-orang mendengar suara-suara itu, mungkin ada banyak orang yang keluar dari persembunyian mereka untuk mencari tahu, melihat keluar jendela, atau yang lainnya.
Orang-orang yang menutup mata dan telinga mereka dalam ketakutan merupakan yang terbaik, karena jika mereka hanya meringkuk ketakutan di dalam rumah mereka sendiri dan berharap semuanya segera berlalu, dia hanya akan mengucapkan satu mantra dan menyelesaikan mereka semua.
Yang menjadi masalah yaitu orang-orang yang percaya jika mereka akan menjadi yang berikutnya untuk dihancurkan atau kelompok pemberani. Yang bahkan lebih menyusahkan adalah orang-orang lemah yang akan melakukan tindakan bunuh diri, mereka akan berlari ke segala arah yang tak terduga.
Kecemasan mereka akan menular ke orang-orang lainnya.
Begitu seseorang melihat mereka melarikan diri, orang itu juga akan meninggalkan rumah mereka untuk melarikan diri.
Jika mereka memilih lari ke bangunan yang masih berdiri, segalanya masih akan mudah. Namun, orang-orang yang ketakutan cenderung membuat keputusan yang tidak rasional seperti memilih berlari menuju daerah yang sudah hancur atau bahkan mencoba menyelamatkan orang lain yang terjebak di bawah puing-puing. Mereka membuat situasi jauh lebih sulit untuk ditangani.
{Aku benar-benar berharap mereka tidak akan lari...}
Jika situasi berubah menjadi seperti itu, dia harus menggunakan mantra AOE lain untuk membunuh mereka, tidaklah efektif melakukan dua kali pekerjaan untuk hasil yang sama.
Jika tidak terkendala waktu, melakukan pekerjaan dua kali tidak akan menjadi masalah besar, tetapi ini merupakan operasi yang dilakukan bersama masternya. Tidak mungkin dia bisa membiarkan hal seperti itu terjadi.
Alasannya karena dia akan menyia-nyiakan waktu berharga masternya, tetapi juga karena dia akan merasa malu jika harus mengakui dirinya tidak mampu untuk mengakhirinya dalam satu kali gerakan.
Jika solusinya menggunakan sesuatu yang berhubungan dengan gempa bumi, dia tidak dapat menjamin jika itu akan membunuh semua orang. Akan ada lebih banyak orang yang selamat dari yang diharapkannya. Sementara dia bisa membakar semuanya untuk berjaga-jaga membunuh mereka yang masih hidup, api akan sangat terlihat oleh orang-orang yang berada di kejauhan. Ini juga bisa memicu masalah utama, yaitu membuat lebih banyak orang melarikan diri.
Sungguh dilema.
{Aku harus berlatih lebih giat dan menjadi lebih alami dalam hal ini!}
Bukubukuchagama telah memberi Mare kemampuan untuk menghancurkan musuh dalam jumlah besar. Dalam hal seberapa luas area yang bisa dia pengaruhi, Mare yakin jika tidak ada Floor Guardian lainnya yang bisa menyaingi kemampuannya.
Itu sebabnya jika dia tidak bisa berhasil menghancurkan kota dan membunuh semua penghuninya, itu akan membuatnya mempertanyakan nilai dan keberadaannya sendiri.
Mungkin Bukubukuchagama akan marah yang melihat Mare seperti ini.
"Nnnnng, nnnnng..."
Mare tidak bisa tidak membayangkan Bukubukuchagama memarahinya, menyebabkan matanya mengumpulkan air mata. Sebelum air mata itu jatuh, Mare menyekanya.
"Aku harus mencoba yang terbaik... Ainz-sama juga sudah mengatakan itu."
Mare sangat menghormati dan berterima kasih kepada Ainz.
Jika Ainz tidak membiarkan Mare untuk berlatih menghancurkan kota-kota dan untuk menambah pengalaman melalui beberapa percobaan, dia tidak akan bisa berkembang seperti dirinya saat ini.
Saat dia memikirkannya, ketika perang pertama kali dimulai, Mare diminta untuk menghancurkan kota kecil. Hasil dari peristiwa itu benar-benar mengerikan.
Hasilnya bisa membuat malu Bukubukuchagama.
Tetapi ketika Mare menerima serangan egonya, kata-kata Ainz yang lembut membuatnya sangat bahagia sehingga dia bisa menangis kapanpun.
Ainz mengatakan kepada Mare bahwa selama dia memahami jika dirinya tidak memiliki pengalaman dalam sesuatu, yang harus dia lakukan yaitu belajar dengan giat untuk menempa dirinya sendiri.
Jika salah satu guardian yang mengatakan itu kepadanya, itu tidak akan menggerakkan hati Mare sebanyak ini. Namun, seseorang yang mengatakan itu merupakan sosok yang setara dengan Bukubukuchagama, salah satu Supreme Being.
Mare membulatkan tekadnya.
Dia akan menghancurkan lebih banyak kota dan desa lalu membunuh lebih banyak orang untuk menjadi seseorang yang bisa dibanggakan Bukubukuchagama.
"Baiklah!"
Sementara suaranya masih seperti anak kecil yang lucu, intonasinya dipenuhi dengan tekad yang luar biasa kuat, sesuatu yang tidak diharapkan dari Mare. Jika guardian lainnya melihat dia saat ini dan membandingkannya dengan Mare yang mereka tahu, mereka mungkin hanya akan mematung karena terkejut.
"Aku akan melakukannya!"
Mare mengepalkan telapak tangannya.
Bagaimanapun, dia harus memanfaatkan apa yang telah dia pelajari sejauh ini—
"Untuk menghancurkan ibukota dan membunuh semua penghuninya - hei, hei-"
Mare melemparkan kepalan tangannya nya yang terkatup erat ke atas.
Para Hanzo yang bersembunyi di belakangnya juga mengangkat kepalan tangan mereka.
----------------------
Mini-FAQ Hitori-san :
T: Udah nyampe mana?
J: Halaman 507/568
Jika ada kalimat/kata/idiom yang salah di terjemah atau kurang enak dibaca, beritahu kami di kolom komentar, dilarang copas dalam bentuk apapun macam-macam kuhajar kau.
Mantep
ReplyDeletegodzilla aja dibully
ReplyDeleteWkwkwkwkwk
DeleteLantjoet miiin semangat
ReplyDeleteSemangat min!!!
ReplyDelete60 hal lagi
Smangat min💪💪🥳🥳
ReplyDeletengebayangin mare dgn ekspresi polos mikirin cara pembantaian sama pemusnahan emang ngeri,
ReplyDeleteAinz secara tidak langsung ngajarin mare buat jadi psikopat.
DeleteBagai menghancurkan sarang semut yg mengganggu..
DeleteAnjer Apa"an Itu Dia Maniac Cuk wkwkwk
ReplyDeleteMantap min
ReplyDeleteLanjutkan hohoho
Naisu
ReplyDeleteLanjutkan gan sedikit lagi selesai
ReplyDeleteKing of monster di bully...
ReplyDeleteOuy, kodok apaan tuh?
kodok yg diburu ama Lord Kazuma yg sangat luar biasa, bahkan dewi Aqua pun jd makanan.
DeleteGas min
ReplyDeleteAda info rilisnya vol 15?
ReplyDeleteTahun depan kira2 bulan april atau mei..
DeleteLanjut min
ReplyDelete61 page left
ReplyDeleteIlustrasinya ngukuk XD
ReplyDeleteLanjut min
ReplyDeleteLucu banget aksi dou kembar terbalik yg satu ini :v
ReplyDeleteJadi siapa penghuni nazarik yg paling sadis???
ReplyDeleteSi salty aja gk kelihatan kesadisannya
Ntap lur
ReplyDeleteAuto fokus ke ilustrasi
ReplyDeleteNjir mare walaupun wajah bebelak,
ReplyDeleteNamun pikiranya sadis juga😅
Si mare mau nge-ulti ibukota pke eartquake yang di pake di baharuth gak ya? Atau star fall yang dipke demiurge pas ketemu remedios?
ReplyDeleteMeteor fall cuk bkn star fall
DeleteBukannya meteor strike ya. Jurus invoker wkkwwk
Deletekirain Meteor Garden
DeleteAnjay Drakor itu😅😅
DeleteThanks min, semangat 61 hal. Lagi wkwkkw
ReplyDeletePake 2 skill buat ancurin 1 kota itu memalukan - Mare.
ReplyDeleteJadi penasaran pake apaan ntar ni bocah. Thanks min
mantap lanjutkan min 👍
ReplyDeleteIlustrasi kodoknya mantap
ReplyDeleteGodzilla dibuli..
ReplyDeleteKodok dari myobokuzan..
Aura lebih baik dari mare..
Dikira mare sedih karena banyak ngebunuh..
Ternyata Mare sedih karena dia masih belum bisa menghancurkan ibukota beserta isinya dengan 1x serangan & masih banyak yg selamat dr serangan yg dilancarkan..
Wkwk overlord mah beda
DeleteMakin greget, moga nanti volume 15 nazarick ketemu black scriptur, biar nanti Aura ketemu kakak nya clemantain yg jg pengendali hewan Magic
ReplyDeleteAnggota BS auto Stun... apalagi tu cwek. cuma ngintip Ainz-sama ngluarin Ia Shub Nigurath aja dah jd hikikomori wkwkwk
Deletemonster terkuat kakaknya clementine itu giant basilisk gan, itu monster di Overlord S1 yg dibunuh momon sekali tebas waktu ngawal nfiria
Deletesedangkan punya aura itu yg terkuat level 90
Kakaknya clemantine : summond gigant basilisck
DeleteAura : tokek?
Huahahaha bisa aja bilang tokek
Deletemakasih min,semangat buat chapter selanjutnya,,,
ReplyDeletegenjot terus jangan kasih kendor hehe
Hmm... Bau2 hiroshima
ReplyDeleteMantul
ReplyDeleteBantai semua
ReplyDeleteSemangat
ReplyDeleteSip mantep lanjut min
ReplyDeleteNnnnnarinsu
ReplyDeleteLanjut terus min, tetep semangat
ReplyDeleteWkwwkwk Godzilla aja dibully...
ReplyDeleteLanjut terus min
gassspooooolll
ReplyDeleteBelum ketemu lawan yg mayan
ReplyDeleteYah sedih udh mau udahan :(
ReplyDeleteKerasa nih dark nya... Sadisme mare... Tokoh favorit gue... Ngmng basilisk nya aura sama ama ga yg punya kakak nya clementie... Makasih min... Bener chapter terkeren...
ReplyDeleteBeda lah milik aura LV +70 sedangkan milik kakaknya clementie Aja takut Sama hamsuke Yang notabenya LV +30
Deletedi chapter berapa ada info basilisk kakaknya clementine kah?
DeleteLiat di chanel megane sensei
DeleteWanjay monster juga bisa bully yak...
ReplyDeleteGood Mare membunuh dan menghancurkan adalah sesuatu yang membuat bukubukuchagama sama dan supreme being lainya bangga
ReplyDeleteSudah may tamat ya.. tq min
ReplyDeletegua inget si Ainz pernah make [Maximize Magic: NUCLEAR ARMAGEDDON] lalu di combo dengan Ulti nya Megumin dari konosuba EXPLOSSIONNN,pas di anime isekai quartet season 2. Mungkin pake itu cuk..
ReplyDeleteYa betul betul ke ingat albedo ngeluarin skill fortess eh bawahan tanya yg jadi ampasnya hahahaa
Delete*lanjutan komen gua, tepat diatas ge krn gk bisa edit..
ReplyDeletemungkin si mare pake jurus itu, buat killing blow satu kota
2 atau 3 chapter lagi.. :)
ReplyDeleteKarakter tersadis menurut ane . . .
ReplyDeletePolos + Pscho
Ggwp . . .
Lanjut Minn
Godzilla ga ada harga dirinya anjir di bully bgsd ngakak wkwkwkwk
ReplyDeleteNgebayangin aura nyerbu pake magicabeast muncul satu" Di dinding kaya titan njir :v
ReplyDeleteOne shot one kill lagi panahnya
emang si Miya One Shot One Kill wkwkwk
DeleteAnjir kok malah mobilentd
DeleteEii eii ooooo
ReplyDeleteMuare ~ chuan....
ReplyDeleteAnjay, dilema karna harus bantai dengan 1 serangan.
Lu lanjutin aja vol. 15 versi lu min. Awokawok
Min itu perumpamaan untuk kataknya suram amat, mungkin Monster katak yang berlevel 58 itu mirip dengan Boss "DEMON OF SONG" Dari Darksouls 2, hanya saja tidak ada tangan
ReplyDeleteKodoknya boleh bawa pulang?
ReplyDeleteLanjut min
ReplyDeleteSukses selalu
mantap min, dan terima kasih
ReplyDeleteitu mare favorit banget
Illustrasi kodok apaan itu min woy wkwkkw
ReplyDeleteMare-chan
ReplyDeletemantap min,,, lanjoeett
ReplyDelete👍 Thanks min tlnya. . .
ReplyDeleteLanjut 👍
ReplyDeleteSaya suka ilustrasinya sangat membantu sekali aku sangat bingung bagaimana bentuk kodok dengan gigi kuning setelah melihat ilustrasinya fikiran saya tercerahkan Arigatou gozaimasu
ReplyDeleteItu fenrir lv78, n basilisk lv74, mungkin beast yg dibawa aura di anime season 1 x ya. Tyrex ngaum krn bosan. Wkwkwkwk
ReplyDeleteBest part lah. Katak gigi kuning lah, Godzilla di bully lah, meliat lagi si mare versi psikopat lah...... Mantap min
ReplyDeleteklo diliat dari perbandingan lvel aura sama binatangnya sekitar 20an klo misal ada batas maksimal level buat jinakin monster berarti level quantia sekitar 40an atau 50an sesuai level dia karena level tamer harus lebih tinggi dari hewan yang dijinakinnya
ReplyDeletesekedar pendapat hehe
Min, request Re : Monster dong wkwk
ReplyDeleteAura kereenn,,terima kasih bnyk tl nya minn
ReplyDeleteSweet but psycho
ReplyDeleteLagu tuch bwang
DeleteAkhirnya ada mare dan aura huhu, kangen sama mereka. Kangen shalltear jg dia nonggol cuma buka gate ae :(
ReplyDeleteGak sabar pengen lihat ekspresi si raja sama claim di kasih kejutan sama putri renner
ReplyDeletesuperkawaiii aura OwO >>> lnjut min
ReplyDeleteKodoknya gak pernah gosok gigi..
ReplyDeleteRajanya para monster dibully ga tuh
ReplyDeleteNext ajg lama bet
ReplyDeletesemua referensi monster maruyama-sensei itu dari Dungeons & Dragons, kalo penasaran ama bentuknya cari aja di game itu
ReplyDeleteItu gamenya yg kek novel itu ya gan ato yg mana?
DeleteLangsung coba aja biar referensinya lebih bisa kebayang liat game darksouls ada bbrp monsternya yg mirip
DeleteGodzila gak ada akhlak
ReplyDeleteTy min lanjut terooos
ReplyDeleteterimakasih min,lanjut chaoter 10 dan epilognya,,
ReplyDeleteganbatte mimin
:"v Aura Yg Start War , eh Mare tinggal ngulti biar dapet RAMPAGE .
ReplyDeleteAdmin_sama terima kasih telah menerjemahkan novel ini sebab selain webaite ini tidak ada website lain yang menerjemahkan overlord 14 (tapi aku baru di volume 1 karena sibuk) dan aku ada permintaan jika bisa itu yang versi fanfiction atau versi fans novelnya jika ada yang bagus bisa tidka diterjemahkan sebab ya untuk menambah aktifitas saja terimakasih
ReplyDeleteJangan fanfic gk resmi nanti author nya ngambek lagi :v
DeleteLama updatenya :(
ReplyDeletesemangat min
ReplyDeleteMantap
ReplyDeleteSemangat min, lanjoet
ReplyDeletemana lanjutannya, katanya diusahakan tiap hari
ReplyDeleteUp, dong
ReplyDeleteLanjut min
ReplyDeletelagi donk..... sikat abis min!!
ReplyDeleteUdah tanggal 5 tp blm jg update, huuuh....
ReplyDeleteMakasih Min
ReplyDeleteLanjut
ReplyDeleteWah mau pke cara apa nih si mare? Skill gabungan? Skill sintesis?
ReplyDeleteRefisi yg di lawan aura itu wanita tua bukan tua Bangka.
ReplyDeleteKarena di Wiki overlord sudah di sebutkan
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteDi wiki gendernya Laki-laki kok
DeleteSorri salah liat wikinya.
DeleteBaru mau di hapus wkwkwkwkw maaf min my bad
Kemudia mare mengucapkan mantra SHINRA TENSEI😂
ReplyDeleteMangtap 1x
ReplyDeleteNaisu2
ReplyDeleteSemangat kk
ReplyDeleteSemangat min
ReplyDeleteterimakasih kaka
ReplyDeleteArinsuuuuuuuuuuuuuu
ReplyDeleteAura be like "Jangan panggil aku anak kecil paman!!"
ReplyDeleteSasuga ngainzz-sama
ReplyDeleteHaha hanzonya juga g kalah asik
ReplyDelete