Climb tidak berdaya menghadapi ancaman Evileye.
{Jika aku bertemu dengan Brain - jika aku memberi tahu Tina mengenai situasi saat ini...} Ketika Climb merenung, situasi yang tidak biasa di antara anggota Blue Rose terus berlanjut.
Tia kelihatannya menggumamkan sesuatu pada Lakyus.
“Aku sudah cukup lama mengamatinya, mencari cara untuk membunuh Lakyus... Metode biasa pasti akan gagal, maka kugunakanlah kombinasi sihir dan racun. Itulah satu-satunya cara yang bisa dilakukan. Tentu saja kau tidak bisa bisa menangkal efek dari banyak racun secara bersamaan bukan? Evileye, giliranmu.”
"Baik."
Kebingungan, ketakukan, dan kesedihan. Rasa sakit bukan satu-satunya hal yang disampaikan dari ekspresi Lakyus, yang menonjol di antara itu semua yaitu ketidakmampuannya untuk memahami apa yang terjadi. Evileye mengucapkan mantra padanya.
"Aku mengerti. [ Resist Weakening ]... Tidak ada gunanya. Dia menangkalnya."
"Baiklah."
Gagaran mendaratkan pukulan lagi menuju perut Lakyus, dia meringkuk untuk melindungi bagian tubuhnya yang diserang, seperti kura-kura yang masuk ke dalam tempurungnya. Tia mengambil jarum baru dan menusukannya pada Lakyus tanpa ragu-ragu.
“[ Resist Weakening ]... baiklah. Lalu- [ Charm Person ]. Selesai. Kerja bagus, kalian berdua. Kita berhasil."
Gagaran dan Tia menjauh dari Lakyus.
"Lakyus, cepat, sembuhkan dirimu."
"Baik, aku mengerti. Tia, bisakah kau membantuku mengeluarkan ini?”
Lakyus mengatakannya seolah tidak ada yang terjadi. Teror dari pengendalian pikiran membuat Climb gemetar ketakutan.
Tepat saat Tia akan melakukannya, Evileye membuka mulutnya untuk menghentikannya.
"Jangan. Jika sekarang kau memberikan rasa sakit padanya, kau akan dianggap sebagai musuh dan mantra itu bisa lepas. Lakyus, maaf tapi cabutlah sendiri. Jarum itu seharusnya tidak menembus terlalu dalam.”
"Tujuannya hanya untuk menyuntikkan racun, jadi jarumnya sendiri tidak terlalu tebal... itu merupakan jenis senjata yang akan dianggap tidak efektif jika lawanmu mengenakan armor."
"Aku tahu, tapi mencabutnya sendiri masih memerlukan sedikit keberanian."
Lakyus menggigit bibir bawahnya dan menarik keluar jarum. Dia kemudian mulai memberikan sihir penyembuhan pada lukanya.
"Gagaran. Buka jendelanya dan biarkan udara masuk... Apa yang harus kita lakukan dengan darah di lantai?”
"Kebanyakan sudah terserap oleh gaunnya sehingga tidak banyak yang berceceran di lantai. Tidak perlu mengkhawatirkan itu."
Renner membalasnya dengan tenang. Semua orang selain dirinya sendiri berbicara dengan cara yang begitu tenang sehingga Climb merasa seperti apa yang dia saksikan merupakan sebuah ilusi. Seolah-olah dia telah dipindahkan ke dunia yang tidak dikenal.
"Wow. Sama sekali tidak terguncang. Aku sudah mengetahuinya sejak awal kau ini cukup punya nyali ya.”
"Kupikir bukan begitu..." Renner berkata dengan ekspresi bingung, "Aku hanya merasa kalian semua tidak akan saling menyakiti tanpa alasan sama sekali... namun pengendalian pikiran benar-benar mengerikan... Climb, bagaimana kau memikirkannya?"
"Ya, saya pikir juga seperti itu."
"Jadi... bisakah kalian memberitahu kami mengapa kalian melakukan ini?"
"Bagaimana jika kami mengatakan 'kami tidak mau'?"
"Apakah kalian tidak sedikit pun minta maaf karena telah mengotori ruangan ini?"
Evileye sepertinya tertawa di balik topengnya.
“Baiklah, tidak ada yang bisa kukatakan tentang itu. Alasannya sederhana. Dibandingkan dengan Kingdom atau yang lainnya, kami yakin hidup sahabat kami jauh lebih berharga. Itu saja.”
“Membantu ibukota merupakan keputusan bos sendiri. Dari awal kami sudah menentangnya.”
"Tapi jika kami mengatakan itu padanya, si bodoh ini pasti akan mengatakan, 'maka aku akan mempertahankannya sendiri' atau hal yang serupa. Jadi, kami memutuskan satu-satunya pilihan kami yaitu dengan paksa membawanya pergi, tetapi menculiknya di siang hari pastilah tidak mudah. Kami juga tidak memiliki keyakinan pada kemampuan kami untuk membuatnya menyetujui saran kami, jadi, meskipun kami harus meminta maaf kepada Yang Mulia Putri atas apa yang telah terjadi, kami harus memanfaatkan kesempatan ini.”
Tia dan Gagaran mengangkat bahu setuju. Ini pasti keputusan kolektif yang dibuat oleh Blue Rose kecuali Lakyus. Brain masih belum kembali, maka Tina pasti sedang membuatnya sibuk.
"Tapi tidak peduli bagaimana kau melihatnya, ini terlalu berlebihan."
"Haaaah, itu juga yang aku katakan, tapi mereka ini—"
"Akan sangat buruk jika dia menjadi waspada setelah menolak saran kami... untuk menangkap oni... untuk menangkap Lakyus pastilah membutuhkan waktu saat dirinya benar-benar dalam keadaan lengah. Aku mengatakannya berdasarkan pengalamanku."
"Jadi ini dilakukan dengan rencana yang sudah matang ya?"
"Ya. Kami menggunakan lima jenis racun, tidak membiarkannya memakai perlengkapannya, menggunakan sihir debuff, namun masih harus mengandalkan keberuntungan apakah kami dapat memberikan charm padanya. Itu sebabnya kami harus melakukan seluruh hal ini, jika ada satu elemen saja yang hilang, kami akan gagal. Nah sekarang—" Evileye menepuk tangannya," setelah Tina kembali, kami akan kembali ke penginapan menggunakan [ Teleportation ], mengambil perlengkapan Lakyus, dan berteleportasi keluar dari kota ini."
Evileye memandang ke arah Climb dan Renner.
“...Oy, peluang seperti ini tidak akan datang dua kali. Kau tahu kan, aku bisa mengajak kalian? Aku akan berterus terang kepadamu, kerajaan ini akan hancur dan nasib yang menanti putri dari kerajaan yang hancur tidak akan berakhir indah. Ini mungkin kesempatan terakhirmu untuk melarikan diri.”
Climb tidak bisa menyangkalnya tetapi memandang ke arah Renner.
Bukankah inilah yang dirinya harapkan?
Jika itu merupakan teleportasi, mereka bisa melarikan diri walaupun kota ini telah terkepung. Ditambah lagi, apa yang dikatakan Evileye adalah kebenaran. Entah nasib seperti apa yang menanti Renner, dia tidak akan berakhir bahagia, juga tidak ada cara lain yang bisa diramalkannya. Bagaimanapun, musuh mereka berupa bangsa undead yang menginjak-injak orang-orang tidak bersalah.
“Aku ingin bertanya. Dimana tempat yang kalian tuju?"
“Ya, hal paling pertama, kami harus meninggalkan kerajaan ini. Mengenai itu... kemungkinan kami akan menuju kearahSelatan Tenggara. Jika kami terus bergerak ke arah itu, ada kerajaan yang sudah lama menjadi reruntuhan. Di ibukotanya - kami akan menuju reruntuhan yang telah dibersihkan oleh api. Karena tempat itu cukup jauh, kami harus berteleportasi beberapa kali. Mmmm, bagaimanapun juga itu merupakan wilayah yang jauh, wilayah yang tak akan kalian dengar sebelumnya.”
"Begitukah..."
Renner sedikit menundukkan kepalanya. Apakah dia ragu-ragu? Tidak lama kemudian, dia mengangkat kepalanya seolah-olah dirinya telah membulatkan keputusannya.
"Terima kasih, tetapi aku tidak bisa ikut."
"Begitukah..."
Evileye tidak berbicara lagi.
Perasaan panik mulai muncul di hati Climb. Jika itu merupakan keputusannya, maka tak ada nasib baik yang menanti Renner. Hanya itu yang bisa dia pikirkan.
Loyalitas sejati. Bukankah itu yang ditunjukkan oleh para anggota Blue Rose? Haruskah dia membawa Renner ke tempat yang aman, terlepas dari apakah dia harus melakukannya secara paksa atau tidak?
Untuk menghindari rasa frustrasi yang muncul di dalam dirinya, dia memandang ke arah Renner yang senyumnya mengatakan kepadanya jika dirinya telah mengerti sepenuhnya. Ini merupakan ekspresi yang ditunjukkan pada Climb setiap kali Renner ingin mengungkapkan kebenaran.
"Climb. Sebagai keluarga kerajaan, aku harus memenuhi tugasku bahkan jika itu mengorbankan hidupku.”
Dia merasa seolah baru saja dipukul.
Sementara keberadaan Renner sendiri sangatlah penting baginya, nilainya setara dengan status yang dia miliki sebagai pemilik kerajaan.
Dalam situasi ini, harus memenuhi tugas seorang anggota keluarga kerajaan bukanlah hal yang bagus sedikitpun. Namun, Renner, sebagai keluarga kerajaan, sebagai seseorang yang mempedulikan rakyatnya, masih bersedia untuk tetap setia pada status keluarga kerajaannya sampai akhir.
Dibandingkan dengannya, seseorang yang memikirkan hanya untuk bertahan hidup, Renner sungguh murah hati kan?
Climb membulatkan tekadnya.
Tanggung jawabnya pada akhirnya, yaitu membuat Renner hidup selama mungkin, meskipun jika hanya sedetik lagi. Dia akan mati di tangan pasukan Sorcerous Kingdom, melayani sebagai perisai Renner sampai akhir.
Pada saat yang sama Climb menguatkan dirinya, dia mendengar Evileye dengan pelan berkata, "berisik sekali." Ketukan datang berdering dari pintu saat dibuka, Brain dan Tina berdiri di luar, memegang nampan yang terisi penuh.
"Kami menemukannya dan membawa beberapa makanan penutup."
“Karena ada seseorang yang mengajakku ngobrol ngalor-ngidul, jadi membutuhkan waktu agak lama, apakah kami bisa membuatnya— Apa? Apa yang terjadi di sini?”
Meskipun jendelanya terbuka, Brain masih bisa menyadari aroma samar darah yang masih melekat. Dia menggeser tumpuan tubuhnya ke bawah saat dia dengan hati-hati melihat sekeliling ruangan.
"... Nona yang di sana. Ada darah di bajumu - apakah ada seorang penyusup yang masuk?"
"Tidak-"
"Jangan pedulikan itu. Tanyakan saja kepada Yang Mulia mengenai hal itu setelah kami pergi.”
Gagaran menyela Lakyus yang hendak berbicara. Mungkin dia masih merasa gelisah, Brain melirik Renner. Seseorang bisa merasakan pertanyaan 'apakah semuanya baik-baik saja?' dari tatapan matanya. Jika Renner merespons dengan negatif, dia mungkin akan menghunuskan pedangnya.
"Semuanya baik-baik saja. Tidak ada yang perlu diwaspadai.”
Pandangan Brain beralih pada Climb.
Climb menjawab dengan cara yang sama seperti Renner.
"...Begitukah? Kalau seperti itu baguslah."
"Ah, benar. Brain Unglaus, aku memiliki pertanyaan untukmu. Mau pergi dari tempat ini?"
"...apa?"
Setelah mendengar pertanyaan Evileye, Brain mulai menyurvei ruangan itu sekali lagi.
"Bagaimana dengan rencana mereka berdua?" Brain menjawab pertanyaannya sendiri ketika pandangannya terayun ke arah Climb dan Renner. Bibirnya melengkung tersenyum setelah Evileye menggelengkan kepalanya. "Begitukah. Jika itu yang terjadi- tidak, apa pun yang terjadi, aku tidak akan memilih untuk melarikan diri - lagipula tidak ada gunanya... Sejujurnya... dahulu aku pernah mengatakan jika aku akan memilih jalan yang paling sedikit kesulitannya, namun sekarang aku harus menarik kata-kata itu."
"...Benarkah? Aku juga berpikir kau akan menjawabnya seperti itu, ternyata aku benar”
Para anggota Blue Rose berkumpul di dekat Evileye dan tiba-tiba menghilang seolah-olah mereka sudah mengucapkan selamat tinggal. Yang tersisa hanyalah bau darah dan teh hitam.
Ini seharusnya menjadi perpisahan terakhir mereka, namun itu berakhir dengan begitu tiba-tiba. Tetapi, mengingat rasa sakit yang mereka berdua rasakan ketika mereka tidak punya pilihan selain berpisah, mungkin tidak ada alternatif yang lebih baik dari perpisahan seperti ini.
Bagaimanpun, itu hal yang dipikirkan Climb, bukan Renner.
Mental Renner pasti terguncang, jadi bagaimana seharusnya dirinya menghiburnya? Climb mencuri pandang kearah Renner dan melihat dirinya yang lesu. Senyum lembut yang biasanya menggantung di wajahnya kini tak terlihat, seperti daritadi dia mengenakan sebuah topeng.
Perpisahan itu pasti memiliki dampak yang ekstrem baginya.
Climb berdiri di sebelah Renner.
"Putri, saya bisa membayangkan keterkejutan yang pasti anda alami saat ini, tetapi..."
Dia tidak bisa menyelesaikan kalimatnya. Lebih akurat jika dikatakan dirinya tidak ingin menyelesaikan kalimat itu. Sementara Climb ingin mengatakan bahwa dia akan berada disisinya sampai akhir, bagaimana dia bisa dibandingkan dengan petualang peringkat Adamantite, yang merupakan seorang wanita bangsawan dan teman Renner. Tetap saja, dirinya harus menghibur sang putri, kemudian dia memutar otaknya lagi.
Mungkin keinginannya tersampaikan dengan cukup baik, karena ekspresi Renner tiba-tiba berubah. Ekspresinya kembali menjadi senyumnya yang normal dan lembut.
"Aku baik-baik saja~, Climb... Jangan terlalu dipikirkan, Brain-san memiliki hal penting untuk dilakukan bukan?"
"Ahhh... Maka, Yang Mulia, Climb. Waktunya tepat, saatnya aku mengucapkan selamat tinggal. Aku minta maaf tetapi aku harus pergi sekarang."
Perkembangan situasi mendadak macam apa ini?
Climb tidak bisa mengerti apa yang dipikirkan Brain, jadi dia mengajukan pertanyaan.
"Kemana anda akan pergi?"
"Hmmm? Aku berencana untuk melawan Sorcerer King sendirian. Mmm, kemungkinan besar aku akan kalah, namun setidaknya aku bisa mengurangi salah satu bawahannya.”
Brain mengambil pedang yang tersimpan di sisi pinggangnya, melemparkannya ke arah Climb, dan berkata, "Aku mengembalikan ini."
“Apa !? Apa yang anda bicarakan!? Satu-satunya yang pantas untuk memegang pedang ini merupakan seseorang yang mewarisi keinginan Stronoff-sama! Brain-san!"
"Oy oy, aku sudah bilang padamu dulu kan? Aku tidak mewarisi keinginannya. Pertama-tama, ini merupakan salah satu harta kerjaan kan? Itu tidak cocok untuk seseorang serendah diriku. Putri, maaf, tapi kumohon kembalikan itu pada Yang Mulia.”
"Aku mengerti."
"Yang Mulia Putri!"
"—Climb, Brain-san sudah membuat keputusan."
“Seperti yang diharapkan dari putri, kau wanita yang baik. Sejujurnya, aku tidak benar-benar mengerti wanita. Mmmm, bagaimana aku mengatakannya." Brain berdiri tegap. “Ini mungkin perpisahan terakhirku. Putri, aku benar-benar menikmati waktuku di sini. Climb— saat itu, aku beruntung bertemu denganmu dan Sebas-san. Itu membangkitkanku... dan aku berterimakasih untuk itu."
Brain memunggungi mereka dan mulai melangkah maju.
"Anda dan Gazef, sebuah kehormatan bagi saya untuk bertemu kalian berdua."
Ketika kata-kata itu keluar, siluet Brain menghilang di balik sisi lain pintu.
"... Bagaimana bisa berakhir seperti ini... Sorcerer King... andai saja kau tidak ada..."
Segala sesuatu di sekitar Climb telah hancur. Segala sesuatu selain dari yang paling penting baginya telah direnggut dan bahkan itu mungkin tidak lama untuk dunia ini. Waktunya hampir habis.
"Climb, aku ingin menyerahkan pedang ini kepada otou-sama terlebih dahulu."
Ketika suana hati depresinya melanda, kata-kata itu berhasil menariknya kembali. Memang benar, sampai saat itu tiba, dia bersumpah untuk memberikan segalanya pada Renner - untuk menyelamatkan wanita yang telah menyelamatkan dirinya, untuk melayani seseorang yang paling penting baginya.
"... ano, itu, ini, umm." Suara yang keluar dari mulut Renner sama sekali tidak cocok dengan suasana ruangan itu. "Bolehkan aku memegang pedangnya sebentar?"
"Eh? Baik, silahkan!"
Setelah dia menyerahkan pedangnya, Renner mengeluarkannya.
"Ini cukup berat."
Renner menyerahkan sarungnya kepada Climb. Bilah dari Razor Edge tajam dan bisa memotong armor seperti kertas. Sebelum Climb bisa mengatakan 'itu berbahaya,' Renner mulai melambaikan pedang di udara.
Climb sedikit terkejut. Memang benar, karena beratnya, gerakannya goyah, menyebabkan ujung bilahnya menyentuh lantai. Itu murni karena Renner tidak memiliki cukup kekuatan untuk menggunakannya, karena latihannya masih berupa menyesuaikan postur dan gerakannya. Dia bisa merasakan ketajaman mata pedang dari jauh. Jika seorang pria tanpa pengalaman mengayunkan pedang ini, pria itu tidak akan bisa membuat pedang ini bersinar, seperti yang dilakukan Renner.
“Uuugh - Hmmm. Aku tidak terlalu cocok untuk menggunakan ini."
“B-Bukan, bukan seperti itu. Saya yakin jika anda lebih banyak berlatih, anda pasti bisa menang melawan saya dalam sebuah duel."
"Jangan bercanda. Ditambah lagi, sangatlah kecil kemungkinan untukku memegang sebuah pedang lagi."
Renner menyarungkan pedang setelah Climb menyerahkan sarung pedang padanya dan mengembalikannya kepada Climb.
"Lalu, ayo kita menemui otou-sama, tetapi sebelum itu—" Renner memandang dirinya sendiri.
"Aku perlu melakukan beberapa persiapan."
----
Brain Unglaus melangkah melalui jalanan kosong di ibukota. Biasanya jalan-jalan ini akan dipenuhi keramaian, namun hari ini tidak ada seorangpun yang dapat terlihat. Semua orang bersembunyi di rumah mereka karena takut pada Sorcerer King, tetapi Brain menyadari itu tidak akan memberikan mereka keselamatan.
Cukup lama Brain berada di sisi Renner sehingga bisa menyadari Sorcerer King tidak punya alasan untuk tidak menghancurkan ibukota.
Namun, jika seseorang bertanya kepadanya "bagaimana kita bisa selamat?" dia tidak akan tahu bagaimana menjawabnya.
Jika semua orang berkoordinasi dan melarikan diri dari ibukota ke segala arah, pasti beberapa dari mereka akan berhasil keluar hidup-hidup. Itulah satu-satunya jawaban yang dimilikinya.
Brain melihat ke arah bangunan di sepanjang jalan, setiap pintu dan jendela tertutup rapat. Mereka pasti sengaja dikunci dari dalam sehingga sulit untuk memasukinya.
{Sekarang ... di balik pintu itu pasti ada beberapa orang yang ingin bunuh diri atau bahkan satu keluarga telah mati...}
Tidak mungkin hal itu tidak terjadi.
Rumor tentara Sorcerer King saja sudah menyampaikan sebuah teror.
Dia memikirkan bagaimana situasi ini dapat berbalik bila Tuhan menghendakinya. Jika setiap penduduk di ibukota bisa bangkit untuk membalas dendam - meskipun itu akan sia-sia, mungkin saja akan membuat musuh sedikit gentar. Tetapi agar itu terjadi, seseorang harus menyatukan para penduduk di bawah satu bendera.
Jika itu adalah sang putri, dia mungkin bisa melakukannya, tetapi dirinya sepertinya tidak ingin bergerak seperti itu.
{Kalau bukan aku di sini, tetapi dirinya, apakah semuanya akan berubah berbeda...? Mungkin saja.}
Dia sangat menyadari jika mereka tidak memiliki peluang untuk menang dalam pertempuran ini, melihat dengan matanya sendiri ketika pasukan sebesar 400.000 orang berangkat. Brain sangatlah yakin. Bahkan, dia tidak melihat peluang 0,01%- tidak, 0,000001% atau malah 0,0000000001% yang bisa mereka menangkan.
Zanac mungkin telah memimpin mereka dalam misi bunuh diri, tetapi itu bukan untuk sebuah angan-angan tinggi. Yang dia lakukan sesuai dengan taruhan terbaik mereka dalam skenario itu.
—Seperti apa yang akan dilakukan Brain.
Brain tertawa dalam kesendiriannya dan merasakan sesuatu.
{Apakah udaranya... berubah?}
Pada kenyataannya tak ada yang berubah, ibukota masih berbau seperti biasanya, tetapi ada perbedaan yang nyata. Ini merupakan sesuatu yang bisa disadari seorang warrior yang telah melalui pertempuran mempertaruhkan nyawa. Itu agak berbeda dari bau yang bisa dicium dengan hidung, hanya semacam bau psikologis.
Itu aroma yang sama dengan yang dia cium ketika dirinya dan Climb melihat ke arah langit malam E-Rantel.
Bau kehilangan dan kekalahan.
{Apakahh tentara Sorcerer King sudah melakukan gerakan?}
Itulah satu-satunya alasan dia bisa memikirkan perubahan mendadak seperti ini.
Kesempatan telah datang.
Jika Brain tidak menggunakan trik apa pun ketika mendekati Sorcerer King, kemungkinan dia bisa sampai di sisinya benar-benar rendah. Tidak, itu pernyataan yang meremehkan - sangat benar jika dikatakanya dia tidak memiliki kesempatan sedikitpun.
Namun, ada kemungkinan dia bisa mencapai tujuannya di tengah kekacauan pertempuran. Tentu saja, itu tergantung pada situasi keamanan kamp musuh. Namun, untuk menginjak-injak sebuah kota sebesar ibukota, pasukannya membutuhkan waktu dan kemudian, menurunkan penjagaannya.
Brain berhenti berjalan untuk merenungkan apa yang dilakukan selanjutnya dan melihat tembok kota berubah putih.
Seolah-olah cat putih telah dituangkan di atasnya.
Jeritan bisa terdengar dari jauh.
Ini merupakan awal dari pengepungan. Jeritan itu datang dari tempat penampungan sementara yang dibangun untuk para pengungsi dari kota-kota lain di dekat tembok kota. Target musuh yaitu kastil, jadi mungkin tidak akan ada pengungsi yang berlari menuju Brain - menuju kastil.
{Apa yang harus aku lakukan? Apakah lebih baik meninggalkan rencana awal begitu pengepungan dimulai?}
Rencana awalnya yaitu untuk keluar dari ibukota terlebih dahulu dan menunggu saat pasukan musuh memasuki ibukota. Dia berencana untuk menyelinap melewati pasukan ketika pengepungan dimulai lalu mendekati Sorcerer King.
Namun, jika musuh sudah memasuki ibukota, akan lebih baik baginya untuk menyembunyikan diri saat ini, menunggu tentara pergi, dan kemudian keluar dari tembok kota.
Tetapi jika dia melakukan itu, ada kemungkinan besar Sorcerer King mungkin memilih untuk meninggalkan kampnya. Dia harus mencari tahu di mana Sorcerer King berada sehingga dia tidak akan membuang waktu untuk berlari tanpa tujuan.
Mungkin dia bisa bersembunyi di dekat kastil dan menunggu sampai Sorcerer King memimpin pasukannya ke dalam untuk menyerang.
Yah, bagaimanapun juga—
{Semua rencana ini bergantung pada cara diriku bersembunyi.}
Bisa dikatakan, dia tidak harus menutupi kehadirannya dengan sempurna seperti rogue atau assassin. Dia pasti baik-baik saja selama dirinya bersembunyi dari pandangan musuh.
Sementara dia mempertimbangkan tempat terbaik untuk menyembunyikan diri, gerbang kota mulai runtuh. Pecahan peluru putih yang tertancap pada gerbang memantulkan cahaya terang gemerlap indahnya sehingga Brain tidak bisa untuk tidak berhenti dan mengagumi pemandangan ini, bahkan dalam situasi seperti ini.
{Apakah itu... semacam skill?} Tetapi jika dia memikirkannya, musuhnya adalah Sorcerer King, seseorang yang bisa men-summon semua mahluk mengerikan. Seharusnya tidak ada yang luar biasa baginya pada saat ini.
Sebesit titik kecil melewati gerbang yang runtuh. Itu hanya terlihat kecil karena begitu jauh, dilihat dari jarak sejauh ini, ukurannya pastilah raksasa jika dibandingkan dengan manusia pada umumnya.
Meskipun telah melangkah melewati ambang pintu, tidak ada tentara yang bergegas untuk menghentikannya. Hanya ada satu alasan kenapa itu terjadi.
Mereka sudah mati.
Seluruh tubuh Brain mulai gemetaran.
Itu pasti monster super atau sesuatu yang serupa.
Sosok makhluk itu perlahan mulai bertambah besar, langkahnya lambat dan tegap.
Ekspresi Brain berubah.
Dia merupakan makhluk dengan kekuatan fisik yang luar biasa, maka kecepatannya seharusnya setara. Bergerak maju melewati jalanan yang kosong ini seharusnya tidak memakan waktu terlalu lama, maka mengapa dia menghabiskan begitu banyak waktu—
{Ahhh, memang benar. Mereka sudah menghancurkan pertahanan ibukota, maka untuk mereka melakukan pembantaian lagi merupakan hal yang mudah. Mereka bisa mengulur waktu sebanyak yang mereka inginkan!}
Jadi tidaklah aneh bagi musuh untuk merasa tenang.
Namun - Brain menyipitkan mata dan melihat ke arah lawannya yang perlahan mendekat namun masih jauh.
Ini merupakan jalan tempat dia dipungut, ditarik paksa oleh Gazef.
Ini merupakan jalan yang dia lewati bersama Climb untuk menyerang fasilitas Eight Finger, tempat dia bertemu Sebas.
Ini merupakan jalan tempat dia membimbing anak-anak yang ditakdirkan menjadi warrior-captain berikutnya.
Jalan ini, saat ini diinjak-injak oleh monster dengan seenaknya. Jalan yang dilalui Brain dengan semua orang yang telah dia temui sedang diinjak-injak.
Tidak bisa dimaafkan.
Brain berubah pikiran. Dia tidak lagi mempedulikan Sorcerer King. Di sini, saat ini, dengan monster di depannya—
—Dia bersumpah untuk membayarnya.
{Jika aku bertemu dengan Brain - jika aku memberi tahu Tina mengenai situasi saat ini...} Ketika Climb merenung, situasi yang tidak biasa di antara anggota Blue Rose terus berlanjut.
Tia kelihatannya menggumamkan sesuatu pada Lakyus.
“Aku sudah cukup lama mengamatinya, mencari cara untuk membunuh Lakyus... Metode biasa pasti akan gagal, maka kugunakanlah kombinasi sihir dan racun. Itulah satu-satunya cara yang bisa dilakukan. Tentu saja kau tidak bisa bisa menangkal efek dari banyak racun secara bersamaan bukan? Evileye, giliranmu.”
"Baik."
Kebingungan, ketakukan, dan kesedihan. Rasa sakit bukan satu-satunya hal yang disampaikan dari ekspresi Lakyus, yang menonjol di antara itu semua yaitu ketidakmampuannya untuk memahami apa yang terjadi. Evileye mengucapkan mantra padanya.
"Aku mengerti. [ Resist Weakening ]... Tidak ada gunanya. Dia menangkalnya."
"Baiklah."
Gagaran mendaratkan pukulan lagi menuju perut Lakyus, dia meringkuk untuk melindungi bagian tubuhnya yang diserang, seperti kura-kura yang masuk ke dalam tempurungnya. Tia mengambil jarum baru dan menusukannya pada Lakyus tanpa ragu-ragu.
“[ Resist Weakening ]... baiklah. Lalu- [ Charm Person ]. Selesai. Kerja bagus, kalian berdua. Kita berhasil."
Gagaran dan Tia menjauh dari Lakyus.
"Lakyus, cepat, sembuhkan dirimu."
"Baik, aku mengerti. Tia, bisakah kau membantuku mengeluarkan ini?”
Lakyus mengatakannya seolah tidak ada yang terjadi. Teror dari pengendalian pikiran membuat Climb gemetar ketakutan.
Tepat saat Tia akan melakukannya, Evileye membuka mulutnya untuk menghentikannya.
"Jangan. Jika sekarang kau memberikan rasa sakit padanya, kau akan dianggap sebagai musuh dan mantra itu bisa lepas. Lakyus, maaf tapi cabutlah sendiri. Jarum itu seharusnya tidak menembus terlalu dalam.”
"Tujuannya hanya untuk menyuntikkan racun, jadi jarumnya sendiri tidak terlalu tebal... itu merupakan jenis senjata yang akan dianggap tidak efektif jika lawanmu mengenakan armor."
"Aku tahu, tapi mencabutnya sendiri masih memerlukan sedikit keberanian."
Lakyus menggigit bibir bawahnya dan menarik keluar jarum. Dia kemudian mulai memberikan sihir penyembuhan pada lukanya.
"Gagaran. Buka jendelanya dan biarkan udara masuk... Apa yang harus kita lakukan dengan darah di lantai?”
"Kebanyakan sudah terserap oleh gaunnya sehingga tidak banyak yang berceceran di lantai. Tidak perlu mengkhawatirkan itu."
Renner membalasnya dengan tenang. Semua orang selain dirinya sendiri berbicara dengan cara yang begitu tenang sehingga Climb merasa seperti apa yang dia saksikan merupakan sebuah ilusi. Seolah-olah dia telah dipindahkan ke dunia yang tidak dikenal.
"Wow. Sama sekali tidak terguncang. Aku sudah mengetahuinya sejak awal kau ini cukup punya nyali ya.”
"Kupikir bukan begitu..." Renner berkata dengan ekspresi bingung, "Aku hanya merasa kalian semua tidak akan saling menyakiti tanpa alasan sama sekali... namun pengendalian pikiran benar-benar mengerikan... Climb, bagaimana kau memikirkannya?"
"Ya, saya pikir juga seperti itu."
"Jadi... bisakah kalian memberitahu kami mengapa kalian melakukan ini?"
"Bagaimana jika kami mengatakan 'kami tidak mau'?"
"Apakah kalian tidak sedikit pun minta maaf karena telah mengotori ruangan ini?"
Evileye sepertinya tertawa di balik topengnya.
“Baiklah, tidak ada yang bisa kukatakan tentang itu. Alasannya sederhana. Dibandingkan dengan Kingdom atau yang lainnya, kami yakin hidup sahabat kami jauh lebih berharga. Itu saja.”
“Membantu ibukota merupakan keputusan bos sendiri. Dari awal kami sudah menentangnya.”
"Tapi jika kami mengatakan itu padanya, si bodoh ini pasti akan mengatakan, 'maka aku akan mempertahankannya sendiri' atau hal yang serupa. Jadi, kami memutuskan satu-satunya pilihan kami yaitu dengan paksa membawanya pergi, tetapi menculiknya di siang hari pastilah tidak mudah. Kami juga tidak memiliki keyakinan pada kemampuan kami untuk membuatnya menyetujui saran kami, jadi, meskipun kami harus meminta maaf kepada Yang Mulia Putri atas apa yang telah terjadi, kami harus memanfaatkan kesempatan ini.”
Tia dan Gagaran mengangkat bahu setuju. Ini pasti keputusan kolektif yang dibuat oleh Blue Rose kecuali Lakyus. Brain masih belum kembali, maka Tina pasti sedang membuatnya sibuk.
"Tapi tidak peduli bagaimana kau melihatnya, ini terlalu berlebihan."
"Haaaah, itu juga yang aku katakan, tapi mereka ini—"
"Akan sangat buruk jika dia menjadi waspada setelah menolak saran kami... untuk menangkap oni... untuk menangkap Lakyus pastilah membutuhkan waktu saat dirinya benar-benar dalam keadaan lengah. Aku mengatakannya berdasarkan pengalamanku."
"Jadi ini dilakukan dengan rencana yang sudah matang ya?"
"Ya. Kami menggunakan lima jenis racun, tidak membiarkannya memakai perlengkapannya, menggunakan sihir debuff, namun masih harus mengandalkan keberuntungan apakah kami dapat memberikan charm padanya. Itu sebabnya kami harus melakukan seluruh hal ini, jika ada satu elemen saja yang hilang, kami akan gagal. Nah sekarang—" Evileye menepuk tangannya," setelah Tina kembali, kami akan kembali ke penginapan menggunakan [ Teleportation ], mengambil perlengkapan Lakyus, dan berteleportasi keluar dari kota ini."
Evileye memandang ke arah Climb dan Renner.
“...Oy, peluang seperti ini tidak akan datang dua kali. Kau tahu kan, aku bisa mengajak kalian? Aku akan berterus terang kepadamu, kerajaan ini akan hancur dan nasib yang menanti putri dari kerajaan yang hancur tidak akan berakhir indah. Ini mungkin kesempatan terakhirmu untuk melarikan diri.”
Climb tidak bisa menyangkalnya tetapi memandang ke arah Renner.
Bukankah inilah yang dirinya harapkan?
Jika itu merupakan teleportasi, mereka bisa melarikan diri walaupun kota ini telah terkepung. Ditambah lagi, apa yang dikatakan Evileye adalah kebenaran. Entah nasib seperti apa yang menanti Renner, dia tidak akan berakhir bahagia, juga tidak ada cara lain yang bisa diramalkannya. Bagaimanapun, musuh mereka berupa bangsa undead yang menginjak-injak orang-orang tidak bersalah.
“Aku ingin bertanya. Dimana tempat yang kalian tuju?"
“Ya, hal paling pertama, kami harus meninggalkan kerajaan ini. Mengenai itu... kemungkinan kami akan menuju kearahSelatan Tenggara. Jika kami terus bergerak ke arah itu, ada kerajaan yang sudah lama menjadi reruntuhan. Di ibukotanya - kami akan menuju reruntuhan yang telah dibersihkan oleh api. Karena tempat itu cukup jauh, kami harus berteleportasi beberapa kali. Mmmm, bagaimanapun juga itu merupakan wilayah yang jauh, wilayah yang tak akan kalian dengar sebelumnya.”
"Begitukah..."
Renner sedikit menundukkan kepalanya. Apakah dia ragu-ragu? Tidak lama kemudian, dia mengangkat kepalanya seolah-olah dirinya telah membulatkan keputusannya.
"Terima kasih, tetapi aku tidak bisa ikut."
"Begitukah..."
Evileye tidak berbicara lagi.
Perasaan panik mulai muncul di hati Climb. Jika itu merupakan keputusannya, maka tak ada nasib baik yang menanti Renner. Hanya itu yang bisa dia pikirkan.
Loyalitas sejati. Bukankah itu yang ditunjukkan oleh para anggota Blue Rose? Haruskah dia membawa Renner ke tempat yang aman, terlepas dari apakah dia harus melakukannya secara paksa atau tidak?
Untuk menghindari rasa frustrasi yang muncul di dalam dirinya, dia memandang ke arah Renner yang senyumnya mengatakan kepadanya jika dirinya telah mengerti sepenuhnya. Ini merupakan ekspresi yang ditunjukkan pada Climb setiap kali Renner ingin mengungkapkan kebenaran.
"Climb. Sebagai keluarga kerajaan, aku harus memenuhi tugasku bahkan jika itu mengorbankan hidupku.”
Dia merasa seolah baru saja dipukul.
Sementara keberadaan Renner sendiri sangatlah penting baginya, nilainya setara dengan status yang dia miliki sebagai pemilik kerajaan.
Dalam situasi ini, harus memenuhi tugas seorang anggota keluarga kerajaan bukanlah hal yang bagus sedikitpun. Namun, Renner, sebagai keluarga kerajaan, sebagai seseorang yang mempedulikan rakyatnya, masih bersedia untuk tetap setia pada status keluarga kerajaannya sampai akhir.
Dibandingkan dengannya, seseorang yang memikirkan hanya untuk bertahan hidup, Renner sungguh murah hati kan?
Climb membulatkan tekadnya.
Tanggung jawabnya pada akhirnya, yaitu membuat Renner hidup selama mungkin, meskipun jika hanya sedetik lagi. Dia akan mati di tangan pasukan Sorcerous Kingdom, melayani sebagai perisai Renner sampai akhir.
Pada saat yang sama Climb menguatkan dirinya, dia mendengar Evileye dengan pelan berkata, "berisik sekali." Ketukan datang berdering dari pintu saat dibuka, Brain dan Tina berdiri di luar, memegang nampan yang terisi penuh.
"Kami menemukannya dan membawa beberapa makanan penutup."
“Karena ada seseorang yang mengajakku ngobrol ngalor-ngidul, jadi membutuhkan waktu agak lama, apakah kami bisa membuatnya— Apa? Apa yang terjadi di sini?”
Meskipun jendelanya terbuka, Brain masih bisa menyadari aroma samar darah yang masih melekat. Dia menggeser tumpuan tubuhnya ke bawah saat dia dengan hati-hati melihat sekeliling ruangan.
"... Nona yang di sana. Ada darah di bajumu - apakah ada seorang penyusup yang masuk?"
"Tidak-"
"Jangan pedulikan itu. Tanyakan saja kepada Yang Mulia mengenai hal itu setelah kami pergi.”
Gagaran menyela Lakyus yang hendak berbicara. Mungkin dia masih merasa gelisah, Brain melirik Renner. Seseorang bisa merasakan pertanyaan 'apakah semuanya baik-baik saja?' dari tatapan matanya. Jika Renner merespons dengan negatif, dia mungkin akan menghunuskan pedangnya.
"Semuanya baik-baik saja. Tidak ada yang perlu diwaspadai.”
Pandangan Brain beralih pada Climb.
Climb menjawab dengan cara yang sama seperti Renner.
"...Begitukah? Kalau seperti itu baguslah."
"Ah, benar. Brain Unglaus, aku memiliki pertanyaan untukmu. Mau pergi dari tempat ini?"
"...apa?"
Setelah mendengar pertanyaan Evileye, Brain mulai menyurvei ruangan itu sekali lagi.
"Bagaimana dengan rencana mereka berdua?" Brain menjawab pertanyaannya sendiri ketika pandangannya terayun ke arah Climb dan Renner. Bibirnya melengkung tersenyum setelah Evileye menggelengkan kepalanya. "Begitukah. Jika itu yang terjadi- tidak, apa pun yang terjadi, aku tidak akan memilih untuk melarikan diri - lagipula tidak ada gunanya... Sejujurnya... dahulu aku pernah mengatakan jika aku akan memilih jalan yang paling sedikit kesulitannya, namun sekarang aku harus menarik kata-kata itu."
"...Benarkah? Aku juga berpikir kau akan menjawabnya seperti itu, ternyata aku benar”
Para anggota Blue Rose berkumpul di dekat Evileye dan tiba-tiba menghilang seolah-olah mereka sudah mengucapkan selamat tinggal. Yang tersisa hanyalah bau darah dan teh hitam.
Ini seharusnya menjadi perpisahan terakhir mereka, namun itu berakhir dengan begitu tiba-tiba. Tetapi, mengingat rasa sakit yang mereka berdua rasakan ketika mereka tidak punya pilihan selain berpisah, mungkin tidak ada alternatif yang lebih baik dari perpisahan seperti ini.
Bagaimanpun, itu hal yang dipikirkan Climb, bukan Renner.
Mental Renner pasti terguncang, jadi bagaimana seharusnya dirinya menghiburnya? Climb mencuri pandang kearah Renner dan melihat dirinya yang lesu. Senyum lembut yang biasanya menggantung di wajahnya kini tak terlihat, seperti daritadi dia mengenakan sebuah topeng.
Perpisahan itu pasti memiliki dampak yang ekstrem baginya.
Climb berdiri di sebelah Renner.
"Putri, saya bisa membayangkan keterkejutan yang pasti anda alami saat ini, tetapi..."
Dia tidak bisa menyelesaikan kalimatnya. Lebih akurat jika dikatakan dirinya tidak ingin menyelesaikan kalimat itu. Sementara Climb ingin mengatakan bahwa dia akan berada disisinya sampai akhir, bagaimana dia bisa dibandingkan dengan petualang peringkat Adamantite, yang merupakan seorang wanita bangsawan dan teman Renner. Tetap saja, dirinya harus menghibur sang putri, kemudian dia memutar otaknya lagi.
Mungkin keinginannya tersampaikan dengan cukup baik, karena ekspresi Renner tiba-tiba berubah. Ekspresinya kembali menjadi senyumnya yang normal dan lembut.
"Aku baik-baik saja~, Climb... Jangan terlalu dipikirkan, Brain-san memiliki hal penting untuk dilakukan bukan?"
"Ahhh... Maka, Yang Mulia, Climb. Waktunya tepat, saatnya aku mengucapkan selamat tinggal. Aku minta maaf tetapi aku harus pergi sekarang."
Perkembangan situasi mendadak macam apa ini?
Climb tidak bisa mengerti apa yang dipikirkan Brain, jadi dia mengajukan pertanyaan.
"Kemana anda akan pergi?"
"Hmmm? Aku berencana untuk melawan Sorcerer King sendirian. Mmm, kemungkinan besar aku akan kalah, namun setidaknya aku bisa mengurangi salah satu bawahannya.”
Brain mengambil pedang yang tersimpan di sisi pinggangnya, melemparkannya ke arah Climb, dan berkata, "Aku mengembalikan ini."
“Apa !? Apa yang anda bicarakan!? Satu-satunya yang pantas untuk memegang pedang ini merupakan seseorang yang mewarisi keinginan Stronoff-sama! Brain-san!"
"Oy oy, aku sudah bilang padamu dulu kan? Aku tidak mewarisi keinginannya. Pertama-tama, ini merupakan salah satu harta kerjaan kan? Itu tidak cocok untuk seseorang serendah diriku. Putri, maaf, tapi kumohon kembalikan itu pada Yang Mulia.”
"Aku mengerti."
"Yang Mulia Putri!"
"—Climb, Brain-san sudah membuat keputusan."
“Seperti yang diharapkan dari putri, kau wanita yang baik. Sejujurnya, aku tidak benar-benar mengerti wanita. Mmmm, bagaimana aku mengatakannya." Brain berdiri tegap. “Ini mungkin perpisahan terakhirku. Putri, aku benar-benar menikmati waktuku di sini. Climb— saat itu, aku beruntung bertemu denganmu dan Sebas-san. Itu membangkitkanku... dan aku berterimakasih untuk itu."
Brain memunggungi mereka dan mulai melangkah maju.
"Anda dan Gazef, sebuah kehormatan bagi saya untuk bertemu kalian berdua."
Ketika kata-kata itu keluar, siluet Brain menghilang di balik sisi lain pintu.
"... Bagaimana bisa berakhir seperti ini... Sorcerer King... andai saja kau tidak ada..."
Segala sesuatu di sekitar Climb telah hancur. Segala sesuatu selain dari yang paling penting baginya telah direnggut dan bahkan itu mungkin tidak lama untuk dunia ini. Waktunya hampir habis.
"Climb, aku ingin menyerahkan pedang ini kepada otou-sama terlebih dahulu."
Ketika suana hati depresinya melanda, kata-kata itu berhasil menariknya kembali. Memang benar, sampai saat itu tiba, dia bersumpah untuk memberikan segalanya pada Renner - untuk menyelamatkan wanita yang telah menyelamatkan dirinya, untuk melayani seseorang yang paling penting baginya.
"... ano, itu, ini, umm." Suara yang keluar dari mulut Renner sama sekali tidak cocok dengan suasana ruangan itu. "Bolehkan aku memegang pedangnya sebentar?"
"Eh? Baik, silahkan!"
Setelah dia menyerahkan pedangnya, Renner mengeluarkannya.
"Ini cukup berat."
Renner menyerahkan sarungnya kepada Climb. Bilah dari Razor Edge tajam dan bisa memotong armor seperti kertas. Sebelum Climb bisa mengatakan 'itu berbahaya,' Renner mulai melambaikan pedang di udara.
Climb sedikit terkejut. Memang benar, karena beratnya, gerakannya goyah, menyebabkan ujung bilahnya menyentuh lantai. Itu murni karena Renner tidak memiliki cukup kekuatan untuk menggunakannya, karena latihannya masih berupa menyesuaikan postur dan gerakannya. Dia bisa merasakan ketajaman mata pedang dari jauh. Jika seorang pria tanpa pengalaman mengayunkan pedang ini, pria itu tidak akan bisa membuat pedang ini bersinar, seperti yang dilakukan Renner.
“Uuugh - Hmmm. Aku tidak terlalu cocok untuk menggunakan ini."
“B-Bukan, bukan seperti itu. Saya yakin jika anda lebih banyak berlatih, anda pasti bisa menang melawan saya dalam sebuah duel."
"Jangan bercanda. Ditambah lagi, sangatlah kecil kemungkinan untukku memegang sebuah pedang lagi."
Renner menyarungkan pedang setelah Climb menyerahkan sarung pedang padanya dan mengembalikannya kepada Climb.
"Lalu, ayo kita menemui otou-sama, tetapi sebelum itu—" Renner memandang dirinya sendiri.
"Aku perlu melakukan beberapa persiapan."
----
Brain Unglaus melangkah melalui jalanan kosong di ibukota. Biasanya jalan-jalan ini akan dipenuhi keramaian, namun hari ini tidak ada seorangpun yang dapat terlihat. Semua orang bersembunyi di rumah mereka karena takut pada Sorcerer King, tetapi Brain menyadari itu tidak akan memberikan mereka keselamatan.
Cukup lama Brain berada di sisi Renner sehingga bisa menyadari Sorcerer King tidak punya alasan untuk tidak menghancurkan ibukota.
Namun, jika seseorang bertanya kepadanya "bagaimana kita bisa selamat?" dia tidak akan tahu bagaimana menjawabnya.
Jika semua orang berkoordinasi dan melarikan diri dari ibukota ke segala arah, pasti beberapa dari mereka akan berhasil keluar hidup-hidup. Itulah satu-satunya jawaban yang dimilikinya.
Brain melihat ke arah bangunan di sepanjang jalan, setiap pintu dan jendela tertutup rapat. Mereka pasti sengaja dikunci dari dalam sehingga sulit untuk memasukinya.
{Sekarang ... di balik pintu itu pasti ada beberapa orang yang ingin bunuh diri atau bahkan satu keluarga telah mati...}
Tidak mungkin hal itu tidak terjadi.
Rumor tentara Sorcerer King saja sudah menyampaikan sebuah teror.
Dia memikirkan bagaimana situasi ini dapat berbalik bila Tuhan menghendakinya. Jika setiap penduduk di ibukota bisa bangkit untuk membalas dendam - meskipun itu akan sia-sia, mungkin saja akan membuat musuh sedikit gentar. Tetapi agar itu terjadi, seseorang harus menyatukan para penduduk di bawah satu bendera.
Jika itu adalah sang putri, dia mungkin bisa melakukannya, tetapi dirinya sepertinya tidak ingin bergerak seperti itu.
{Kalau bukan aku di sini, tetapi dirinya, apakah semuanya akan berubah berbeda...? Mungkin saja.}
Dia sangat menyadari jika mereka tidak memiliki peluang untuk menang dalam pertempuran ini, melihat dengan matanya sendiri ketika pasukan sebesar 400.000 orang berangkat. Brain sangatlah yakin. Bahkan, dia tidak melihat peluang 0,01%- tidak, 0,000001% atau malah 0,0000000001% yang bisa mereka menangkan.
Zanac mungkin telah memimpin mereka dalam misi bunuh diri, tetapi itu bukan untuk sebuah angan-angan tinggi. Yang dia lakukan sesuai dengan taruhan terbaik mereka dalam skenario itu.
—Seperti apa yang akan dilakukan Brain.
Brain tertawa dalam kesendiriannya dan merasakan sesuatu.
{Apakah udaranya... berubah?}
Pada kenyataannya tak ada yang berubah, ibukota masih berbau seperti biasanya, tetapi ada perbedaan yang nyata. Ini merupakan sesuatu yang bisa disadari seorang warrior yang telah melalui pertempuran mempertaruhkan nyawa. Itu agak berbeda dari bau yang bisa dicium dengan hidung, hanya semacam bau psikologis.
Itu aroma yang sama dengan yang dia cium ketika dirinya dan Climb melihat ke arah langit malam E-Rantel.
Bau kehilangan dan kekalahan.
{Apakahh tentara Sorcerer King sudah melakukan gerakan?}
Itulah satu-satunya alasan dia bisa memikirkan perubahan mendadak seperti ini.
Kesempatan telah datang.
Jika Brain tidak menggunakan trik apa pun ketika mendekati Sorcerer King, kemungkinan dia bisa sampai di sisinya benar-benar rendah. Tidak, itu pernyataan yang meremehkan - sangat benar jika dikatakanya dia tidak memiliki kesempatan sedikitpun.
Namun, ada kemungkinan dia bisa mencapai tujuannya di tengah kekacauan pertempuran. Tentu saja, itu tergantung pada situasi keamanan kamp musuh. Namun, untuk menginjak-injak sebuah kota sebesar ibukota, pasukannya membutuhkan waktu dan kemudian, menurunkan penjagaannya.
Brain berhenti berjalan untuk merenungkan apa yang dilakukan selanjutnya dan melihat tembok kota berubah putih.
Seolah-olah cat putih telah dituangkan di atasnya.
Jeritan bisa terdengar dari jauh.
Ini merupakan awal dari pengepungan. Jeritan itu datang dari tempat penampungan sementara yang dibangun untuk para pengungsi dari kota-kota lain di dekat tembok kota. Target musuh yaitu kastil, jadi mungkin tidak akan ada pengungsi yang berlari menuju Brain - menuju kastil.
{Apa yang harus aku lakukan? Apakah lebih baik meninggalkan rencana awal begitu pengepungan dimulai?}
Rencana awalnya yaitu untuk keluar dari ibukota terlebih dahulu dan menunggu saat pasukan musuh memasuki ibukota. Dia berencana untuk menyelinap melewati pasukan ketika pengepungan dimulai lalu mendekati Sorcerer King.
Namun, jika musuh sudah memasuki ibukota, akan lebih baik baginya untuk menyembunyikan diri saat ini, menunggu tentara pergi, dan kemudian keluar dari tembok kota.
Tetapi jika dia melakukan itu, ada kemungkinan besar Sorcerer King mungkin memilih untuk meninggalkan kampnya. Dia harus mencari tahu di mana Sorcerer King berada sehingga dia tidak akan membuang waktu untuk berlari tanpa tujuan.
Mungkin dia bisa bersembunyi di dekat kastil dan menunggu sampai Sorcerer King memimpin pasukannya ke dalam untuk menyerang.
Yah, bagaimanapun juga—
{Semua rencana ini bergantung pada cara diriku bersembunyi.}
Bisa dikatakan, dia tidak harus menutupi kehadirannya dengan sempurna seperti rogue atau assassin. Dia pasti baik-baik saja selama dirinya bersembunyi dari pandangan musuh.
Sementara dia mempertimbangkan tempat terbaik untuk menyembunyikan diri, gerbang kota mulai runtuh. Pecahan peluru putih yang tertancap pada gerbang memantulkan cahaya terang gemerlap indahnya sehingga Brain tidak bisa untuk tidak berhenti dan mengagumi pemandangan ini, bahkan dalam situasi seperti ini.
{Apakah itu... semacam skill?} Tetapi jika dia memikirkannya, musuhnya adalah Sorcerer King, seseorang yang bisa men-summon semua mahluk mengerikan. Seharusnya tidak ada yang luar biasa baginya pada saat ini.
Sebesit titik kecil melewati gerbang yang runtuh. Itu hanya terlihat kecil karena begitu jauh, dilihat dari jarak sejauh ini, ukurannya pastilah raksasa jika dibandingkan dengan manusia pada umumnya.
Meskipun telah melangkah melewati ambang pintu, tidak ada tentara yang bergegas untuk menghentikannya. Hanya ada satu alasan kenapa itu terjadi.
Mereka sudah mati.
Seluruh tubuh Brain mulai gemetaran.
Itu pasti monster super atau sesuatu yang serupa.
Sosok makhluk itu perlahan mulai bertambah besar, langkahnya lambat dan tegap.
Ekspresi Brain berubah.
Dia merupakan makhluk dengan kekuatan fisik yang luar biasa, maka kecepatannya seharusnya setara. Bergerak maju melewati jalanan yang kosong ini seharusnya tidak memakan waktu terlalu lama, maka mengapa dia menghabiskan begitu banyak waktu—
{Ahhh, memang benar. Mereka sudah menghancurkan pertahanan ibukota, maka untuk mereka melakukan pembantaian lagi merupakan hal yang mudah. Mereka bisa mengulur waktu sebanyak yang mereka inginkan!}
Jadi tidaklah aneh bagi musuh untuk merasa tenang.
Namun - Brain menyipitkan mata dan melihat ke arah lawannya yang perlahan mendekat namun masih jauh.
Ini merupakan jalan tempat dia dipungut, ditarik paksa oleh Gazef.
Ini merupakan jalan yang dia lewati bersama Climb untuk menyerang fasilitas Eight Finger, tempat dia bertemu Sebas.
Ini merupakan jalan tempat dia membimbing anak-anak yang ditakdirkan menjadi warrior-captain berikutnya.
Jalan ini, saat ini diinjak-injak oleh monster dengan seenaknya. Jalan yang dilalui Brain dengan semua orang yang telah dia temui sedang diinjak-injak.
Tidak bisa dimaafkan.
Brain berubah pikiran. Dia tidak lagi mempedulikan Sorcerer King. Di sini, saat ini, dengan monster di depannya—
—Dia bersumpah untuk membayarnya.
----------------------
Mini-FAQ
T: Nyampe mana?
A: 478/568
Jika
ada kalimat/kata/idiom yang salah di terjemah atau kurang enak dibaca,
beritahu kami di kolom komentar, dilarang copas dalam bentuk apapun
macam-macam kuhajar kau.
PREVIOUS | INDEX | NEXT
Baca doank, komen kaga !!!
Ampas sekali kalian ini
Baca doank, komen kaga !!!
Ampas sekali kalian ini
Peringatan: Novel ini versi bajakan !!! Author ngambek, auto delete!! Belilah Novel aslinya jika sudah tersedia!!
Lantjoet min
ReplyDeletejosss lanjut terus min
ReplyDeletePetamax
ReplyDeleteTy min
ReplyDeletenaisu
ReplyDeleteBrain telah membulatkan tekadnya untuk meninggal
ReplyDeleteWkwkwk
DeleteSemangat min
ReplyDeleteMantap min..
ReplyDeleteMin bagi angpao nya lah
ReplyDeleteJoss
ReplyDeleteyang dingin yang dingin
ReplyDeleteAslinya sayang brain matinya kalo kayak gini masih kurang epic kalo menurut gue
ReplyDeleteMenurutku pantas soalnya brain gk penting sm gk kuat" amat
DeleteEpic gimana ? Wah lo kebanyakan nonton Anime yg gunain unsur, marah marah dan teriak gak jelas auto jadi OP padahal lawannya segi kekuatan jomplang, banyakin gih nonton anime yg realistis, kaya akame ga kill atau sejenis kimetsu no yaiba
DeleteJelas jelas kekuatan Bawahan Ainz OP, ibarat lo lawan semut, sekali tebas mati
Jd itu definisi realistis menurut lu? , Kenyataanya di dunia asli manusia jg bakal berteriak klo udah mentok/kepepet ,sama ky hewan . Itu udah insting .. justru yg tetap tenang pas mau mati itu yg ga relaistis. Got it boy???
Deleteudah baca gratisan, bajakan pula udah songong... ga wajar ente bro, ya kalo lu ga suka sama plot nya bisa tinggalin kan? hidup kok dibawa ribet dasar netijen
DeleteMenurut gw lumayan epic nnti brain lawan cocytus dan kita udah tau pemenangnya pasti cocytus.seperti saat lawan lizardmen cocytus selalu respect sma siapapun yang di lawan. klw gak salah nnti di jelasin brain udah ngelewatin kekuatannya gazef.Pasti nnti di puji ama cocytus si brain
DeleteLevel antara brain ama cocytus udh beda jauh , lah terus gimana bisa epic pertarungan nya :"v
DeleteGw tong epic dari mana? Meskipun cocy vs brain ya ga ada epicnya lah, karena cocy waktu lawan lizard dia ngeremehin sama lawan banyak sekaligus dan sekarang lu berharap 1vs 1 hasilnya epic? Bangun tong,overlord bukan tipe² yang teriak² ga jelas
DeleteCuman Goku yg bisa mengalahkan semua lawan nya?
DeleteIni epic karna ini udah di set dri vol 3 klw gak salah shaltear pernah ksih tau tentang couch ke brain. Walaupun brain mati . Dan yang pling epic itu brain berhasil pertahanin jalan itu bro gakada monster yg lewat stu karna couch respect ama brain. Soal lizardmen couch respect ama mereka makanya di hidupin lagi. Epic itu bkn soal fightnya tapi ttng seluruh ceritanya bro
DeleteMantabb lanjut min
ReplyDeleteDadah brain :')
ReplyDeleteCocytus itu kan?
ReplyDeleteMasih menunggu nasib philips
ReplyDeletedia dijewer albedo
Delete:D wkwkwj
yep yep horee
ReplyDeleteNext battle
ReplyDeletePuas Banget Nunggu Banyak Baru Baca Sekaligus wkwkwk
ReplyDeleteGasskeuun
ReplyDeleteLawan brain vs cocytus. Kena frost aura. Wkwkwkwk dapat lawan yg GG trs seh brain
ReplyDeleteuhh lanjutt min
ReplyDeleteKebut min
ReplyDeleteTq min harap sihat selalu
ReplyDeleteLanjut min
ReplyDeleteRest in peace brain
ReplyDeleteCocytus bakal ngasih kematian yg indah.. selamat tinggal brain. Terimakasih udah lengkapi cerita overlord. Xixi
ReplyDeleteDeath flag untuk brain, sayang sekali rahasia tentang shaltear yg dimiliki brain akan lenyap juga...
ReplyDelete👋🥳🥳🥳🤩
ReplyDeleteEvileye slamat ngk ya.. Lanjut min
ReplyDeleteCoba aja dia liat cocytus ama si shaltear .. Dia tau klo shaltear ternyata pasukan ainz wkwk pasti dia bakal bunuh diri dngn tenang karna dah tau kenyataannya ..
ReplyDeleteTp sayang bgt lu jd arwah gentayangan tong 🤣
ternyata saya salah baca spoiler, blue rose bukan kabur ke selatan tapi ke timur laut,kalo gitu bisa jadi kr Inveria.
ReplyDeletetsuman(-_-)
Mantap min
ReplyDeleteLanjutkan
Jadi alur kematian brain berguna jadi POV gitu untuk mendeskripsikan gilanya pembantaian SK
ReplyDeleteSemangat min
ReplyDeleteKabar marquis raeven gimana yaa?
ReplyDeleteBener gak di menghianatin kingdom
Gini nih yg unik dari Overlord, authornya gak pake unsur "marah, dendam, benci" trus jadi OP walopun lawannya jauh diatasnya, lebih real gak kayak anime sebelah yg nangis terus teriak trus jadi OP, 11 12 kaya kimetsu no yaiba sama akame ga kill, gak segan segan matiin karakter
ReplyDeleteEntah kenapa dengan PDnya brain bisa ngalahin bawahannya Ainz, padahal yg dianggep ainz bawahan itu semua Super OP, Undead lvl rendah dan death knight aja cuma dianggep pion sama Ainz, Apalagi brain mau nyeret Ainz 1 on 1, entah gak bisa lihat kebelakang apa waktu gazef duel sama Ainz, dia aja gak bisa liat kecepatan Ainz, padahal Brain warrior dan Ainz Magic Caster, harusnya dia merasa aneh kenapa dia gak lihat serangan Ainz
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteBakal jadi es batu si brain Kena frost aura. Malangnya nasibmu nak brain mati cuma jadi es batu.. Mending si gazef mati di tangan ainz dari pd di tangan npc.. Pribumi vs bot
ReplyDeleteMantab min
ReplyDeletemantap, lanjutkan min
ReplyDeletehmmm ...
ReplyDeletebrain ded..
climb ded..
yg tersisa hanya renner seorang diri di tengah puing puing. Ditransform dan cerita kelar...
Lanjut min~
Masa sih sih climb mati. Bukannya renner gk biarin tuh anjing mati.. wktu demiurge nyrang kingdom kan tuh anjing gk bakal dbunuh. Biar renner jdi babu nya AOG
DeleteKalo gk salah si climb bakal jadi mainan **** si renner pas jadi imp
DeleteUP
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteNext min. Sehat selalu
ReplyDeleteUpgayn!!!
ReplyDeleteLambT kali uploadnya arinsu...
ReplyDeletebeda sama renner & eight finger yang emg jadi bawahan nazaric kalo menurut gw tu karakter brain satu2 nya manusia yang udh ngehunusin pedang ke Floor guardian nazarick bahkan udh sempet nantangin ainz dan masih bisa hidup sampe titik ini itu menurut gw pencapaian, kaya kocheng lah nyawanya 9
ReplyDeleteNunggu complete baru baca. wkwkwk
ReplyDeleteBrain vs cocytus nh, bakal epic kga ya
ReplyDeleteYennedey
ReplyDeleteOh nice
ReplyDeleteUmu
ReplyDeleteTerimakasih updatenya min..
ReplyDeleteLanjut trussssss
sehat terus minnn
ReplyDeleteLanjuuuuuut truuuuuzzzz pantang mundur min
ReplyDeleteBrain adalah penduduk NW paling sial..gimana ga sial udah dikoplok shalltear ngelawan cocytus pula udah mati beku di getok pula sm elf cebol...hanya brain yg menghadapi 3 floor guardian wkwkwkw
ReplyDeleteJangan Lupa Sama Pernah Ngerasain Aura Membunuh Nya Sebas wkwkwk
Deleteselanjutnya lawan cociutous kah
ReplyDeleteLogin
ReplyDeleteBlue rose pengecut.. .aq kira bisa liat evileye berubah jd lanfall... G nyangka... Bgmn dengan persatuan aliansi seluruh new world... Mngkn volume terakhir kali...
ReplyDeletebaca gratis aja banyak nanya, beli light novelnya sono
DeleteApa yg dilakukan blue rose itu bukanlah tindakan pengecut tapi Realistis dan rasional dari pada harus mati sia2 mending lari
DeleteYup Bener Banget, Mending Ber Kumpul Sama Pihak Yang Merasa Di Rugi Kan/Terancam Dengan SK
DeleteBentuk Aliansi Trus Baru Perang Penghabisan
Kalo Sama " Mati Juga Kenapa Gak Mati Dengan Gagah Setelah Berjuang Gitu Mungkin wkwkwk
Lanjut min, 16 halaman lagi
ReplyDeleteSayang sekali nasibmu brain, belum ngabur pedang juga sudah mari sama cocytus .. sungguh malang ..
ReplyDeletemantap min
ReplyDeletedan turut berduka cita untuk climb,
bisa gak climb mati ditangan sebas aja wkwkw
Hoho
ReplyDeleteKok kerasa cepet ya min
ReplyDeleteHemm... Dimulai dah part yg menyedihkannya. Owalah Brain, nasibmu.mang ini ntar si brain klo mati gak d hidupin lg kah min ?
ReplyDeleteKasihan
gasrukk
ReplyDeleteKlo si Brain ktemu ny sma Shalltear, Shalltear kek ny bkal bilang "lah si anjir ktemu dia lg". www
ReplyDeleteTetep Semangat Min
ReplyDeleteSelamat jalan Brain Ungalus,, semoga kamu bisa ketemu Gazef di sana..
ReplyDeleteMantab,brain keinget kenangan di jalan langsung bisa bulet tekatnya, gimana kalau kenginget jalan waktu bareng sama mantan yakk :D
ReplyDeleteWkwkwk...
Matikah? Ato bangkit jdi bawahan
ReplyDeleteAhhhhh%
ReplyDeleteMantappp!!! Ga sabar nunggu battle brain sama cocyutos. Brain itu salah satu karakter yg ada perkembangan tiap seasonnya semangat, meski meninggal tp kamu berada di lawan yg tepat xixi
ReplyDeleteTerima kasih min, lanjut teross
ReplyDeletewidih kerja keras bgt nih, smgt min...
ReplyDeleteNicese
ReplyDeleteKlo do web novelnya si brain jd vampir bawahan shaltear tapi disini light novel sayang amat mati hahaha.
ReplyDeleteSad RIP Brain, semoga kau tenang di alam sana dan semoga bertemu dengan Gazef lagi :"v
ReplyDeletesudahlah brain....
ReplyDeletepake equip seadanya gitu,
lebih baik battle lawan hamusuke.:v
Gas min brain vs kokitos
ReplyDeleteYah tokoh tokoh penyangga nya pd mati semua.
ReplyDeleteBerbahagialah karena bisa menghiburku min
ReplyDeleteVol 14 udah kelar ato msih ada lg?
ReplyDeletehttps://readoverlord.com gak bisa diakses ya?
ReplyDeleteMantap min
ReplyDeletesemangat min buat chaoter 8,9,10, epilognya ����
ReplyDeleteSayang juga si Brain kalo bakal mati. Tapi gue lebih penasaran sama nasib Putri Renner. Kyknya bakal "gabung" ke Sorcerer Kingdom dah, tp dia buat seperti tahanan..
ReplyDeletehail ainz sama
ReplyDeletehmm bertele-tele kayak nya cocitous wkwkwk
ReplyDeleteWaooooo!!! Maju brain!!! Aku mendukungmu!!!
ReplyDeleteMakasih Min
ReplyDeleteLanjut
ReplyDeleteAlasan baca ulang
ReplyDelete1% mau baca aja
9% lupa jadi pengen baca lagi
90% pengen liat komentar netizen indo yg lawakan nya alami wkwk
Truee
ReplyDeleteLanjut terooooooossssssss
ReplyDeleteSi maho mokad
ReplyDelete