Chapter 62 - Lalu
“Tomoe, ketika aku datang ke dunia ini, kau merupakan orang pertama yang membuat perjanjian denganku. Tetapi ketika aku pikirkan sekarang, efek dari perjanjian itu tidak banyak mempengaruhiku.” (Makoto)
"Jika aku ingat dengan benar, aku mengatakan itu bukan pertukaran yang buruk." (Tomoe)
Apakah dia pura-pura bodoh? Atau apakah dia benar-benar tidak ingat mengenai hal itu?
"Kalian, yang telah membuat perjanjian denganku, kehilangan bentuk sebelumnya dan telah mendapatkan peningkatan pada kemampuan kalian, itulah apa yang aku coba katakan. Lalu, bagaimana denganku?" (Makoto)
Pada saat aku datang ke dunia ini, aku membuat perjanjian dengan naga yang memiliki peringkat satu digit, seekor laba-laba hitam yang dibenci karena dianggap sebagai bencana dan juga manusia yang berubah menjadi undead (itu bertabrakan dengan definisiku tentang salah satunya), seorang lich.
Tsuki-sama meyakinkanku jika kekuatan sihirku lebih tinggi dibandingkan dengan para pahlawan.
Perjanjian tersebut tidak mempengaruhi tubuhku secara negatif. Hanya satu hal yang mungkin akan menjadi "seperti itu" yaitu pengalaman yang aku dapatkan ketika diriku menggunakan gerbang kabut penghubung Tsige menuju Asora.
Masuknya ingatan orang lain. Aku pikir itu merupakan kekuatan Tomoe.
Tanpa mengatakan apa-apa lagi, aku beralih menatap pengikut lainku yang sedang menunggu dan melanjutkan.
“Dua hari yang lalu, aku melihat ingatan seseorang. Tidak ada keraguan tentang itu. Tomoe, kau tahu sesuatu tentang itu?” (Makoto)
“Sungguh kejam Waka ini. Aku mempunyai dugaan, apakah anda ingin mendengarnya?" (Tomoe)
"Biarkan aku mengkonfirmasinya. Hubungan penguasaan, aku tahu itu mengubah penampilan luar dan meningkatkan kemampuan keseluruhan pengikut. Namun, apa yang diperoleh sang penguasa? Inilah yang aku pikirkan, penguasa pada dasarnya memperoleh sifat khusus dari pengikutnya.” (Makoto)
Aku tidak bisa menjelaskannya dengan baik. Tetapi jika aku bisa menggunakan kekuatan Tomoe, akupun mungkin bisa menggunakan kekuatan Mio dan Shiki. Kupikir mustahil bagi manusia untuk menggunakan kekuatan mahluk yang bukan manusia tanpa risiko apa pun, sehingga secara alami aku mendapatkan suatu *bagian dari mereka, itulah yang setidaknya aku pikirkan.
(TLer: nggak bisa w artiin kemampuan/kekuatan, karna maksudnya buka kesitu, ini lebih seperti pertukaran sel, misal tangan kanan Makoto berubah jadi naga, tangan kiri berubah jadi laba-laba, dll gitulah)
Singkatnya, aku saat ini telah menjadi sesuatu yang bukan manusia lagi, itulah apa yang aku duga, tetapi...
"Puh~" (Tomoe)
"Kenapa kau tertawa Tomoe?" (Makoto)
Ketika dirimu, bukan manusia lagi, bukankah itu ... memiliki dampak yang kuat? Jujur saja, hal yang paling mengejutkan dari hal ini adalah aku yang dikirim ke dunia ini kan? Lebih tepatnya, ini terasa seperti aku sedang dikhianati kan?
Jika mereka mengatakan kepadaku, "kehilangan sisi manusiamu, apakah itu masalah besar?" aku akan terkejut.
"Yah, begitulah, aku telah memikirkan langkah besar yamg anda lakukan dalam dua hari ini, tetapi untuk berpikir anda telah membuat kesalahpahaman dan tersesat begitu jauh, gimana bilangnya ya... aku sungguh sangat menyesal." (Tomoe)
“Awalnya saya membuang sisi hyuman saya, maka dari itu saya bisa mengerti perasaan anda, tetapi menjadi human pasti hal yang sangat penting bagi Waka-sama. Saya akan selalu mengingatnya." (Shiki)
Tomoe dan Shiki benar-benar diluar dari apa yang aku harapkan. Mio sepertinya dia bahkan belum mengerti situasinya saat ini.
“Untuk Waka yang bisa menggunakan kekuatanku, yah ... saat ini, kebetulan. Lagipula kemunculannya dari waktu ke waktu pasti akan lebih sering. Waka mungkin dalam keadaan di mana anda tidak bisa mengendalikan emosimu sendiri. Memalukan untuk mengatakan ini, tetapi aku pikir itu karena terbentuknya "koneksi" antara anda dan diriku." (Tomoe)
Ko-Koneksi?!
Uo! Mata Mio tiba-tiba terlihat berbahaya. Dia duduk. Kilau di matanya perlahan menghilang. Ini salah paham, salah paham oke?!
"Jelaskan! Jelaskan Tomoe! Sekarang juga!" (Makoto)
"Hm? Oh, sepertinya aku salah mengatakannya. Yang aku maksud dengan koneksi yaitu kepercayaan di antara kita dan pertukaran emosi kita atau sesuatu seperti itu. Ngomong-ngomong, bagi Waka, sebagai penguasa, yang menerima suatu bagian dari pengikut mereka tidaklah mungkin oke? Itu akan menjadikan hubungan ini setara. Kami adalah pengikut, seseorang yang telah menjanjikan kesetiaan kami. Jika Waka menginginkannya, anda bahkan dapat menggunakan kekuatan kami untuk melakukan kejahatan. Hanya saja kekuatan ini biasanya digunakan hanya oleh satu eksistensi. Untuk menggunakannya, anda harus membiasakan diri terlebih dahulu dan lambat laun anda bisa menggunakannya tanpa anda sadari. Hanya, ada pengecualian dalam hal ini. Yah, pengecualiannya ya kasus seperti ini.” (Tomoe)
Kekuatan Tomoe dan yang lainnya ya. Tentu saja, aku belum merasakan kekuatan itu di tubuhku bahkan sekali saja. Terakhir kalinya. Kekuatan Tomoe baru saja diaktifkan sendiri tanpa aku merasakan sebuah kemampuan telah diaktifkan.
(TLer: ketika Makoto menyadari apa yg dirasain Mio pas Tomoe nyebut koneksi)
“……”
Tingkah laku Mio kelihatannya seperti dia sudah mendapatkan jawaban yang dia mau... Mungkinkan?
Apakah dia memutuskan untuk mendengarkan saja? Atau apakah dia sudah menemui semacam kesimpulan? Tolong biarkan itu menjadi yang pertama.
“Dalam kasus di mana master mencari cara untuk menyelesaikan suatu masalah dan terdapat koneksi yang jelas antara master dan pengikut; ada kemungkinan kekuatan pengikut akan terwujud saat master mengamuk. Kekuatan itu dapat terbentuk atau mungkin ada kesempatan bagi master untuk melepaskannya dalam kapasitas optimalnya. Sepertinya dalam hal ini, kesimpulan seperti itulah yang dapat diterima.” (Tomoe)
Tak ada yang salah, adalah apa yang ditambahkan Tomoe. Itu merupakan pengalaman yang cukup menyakitkan, tetapi dia mengatakan kepadaku itu tidak ada yang salah? Tentu saja, tidak ada konsumsi kekuatan sihir. Menyerupai saat aku menggunakan [ Sakai ]. Tak diragukan lagi kekuatan itu tidak menggunakan kekuatan sihirku sebagai perantara. Itulah perbedaan kekuatan itu dengan [ Sakai ].
(TLer: kalo sakai mengkonsumsi sihirnya Makoto, kalo kekuatan ini nggak pake)
"Kepercayaan dan amukan ya." (Makoto)
Apakah itu berarti aku mempercayai Tomoe sampai tingkat tertentu? Yah, dia merupakan pengikut pertamaku, yang pertama membuat perjanjian. Aku telah menerima dirinya di hatiku. Mungkin itu sebabnya.
Tomoe terlihat senang karena aku bisa mewujudkan kekuatannya. Jujur saja, itu sangat tidak menyenangkan lho?! Aku tak bisa sembarangan melampiaskan emosiku. Apakah kau mengatakan kepadaku mulai saat ini ada kemungkinan kekuatan itu akan aktif berkali-kali?
Kapan aku bisa mengendalikannya secara sadar?
"Ya, kepercayaan! Kepercayaan Waka. Sangatlah indah, untuk melihat anda menggunakan kekuatanku terlebih dahulu! Dengan ini, posisiku sebagai pengikut pertama sudah tak diragukan lagi!” (Tomoe)
Bagian itu yang terpenting, itulah apa yang diulang-ulang Tomoe beberapa kali. Senyum lebar terbentuk diwajahnya. Ah, Mio malah...
"... Itu hanyalah kebetulan." (Mio)
"Hm? Ada apa Mio? Aku tidak bisa mendengarmu~” (Tomoe)
Tomoe, hentikan.
“... Kali ini hanya kebetulan kekuatanmu terwujud pada beliau! Waka-sama luar biasa, jika ada saat di mana dia berada di ambang kematian, dia pasti akan mengaktifkan kekuatanku dan menyembuhkan dirinya sendiri! Itu hanya kebetulan, kebetulan saja!! Hanya itu-desu wa!” (Mio)
Jangan malah mendoakanku seperti itu! Penyembuhan menggunakan [Sakai] saja tidak berhasil padaku kan?! Aku akan mati jika diriku menerima luka serius seperti itu! Ah, tetapi jika aku bisa menggunakan kemampuan regenerasi Mio, itu seharusnya malah bagus kan? Tetapi jika diaktifkan dalam keadaan optimal, ada kemungkinan kemampuan yang berbeda akan terlahir...
Ini pertaruhan yang tidak ingin aku lakukan. Aku akan memastikan ada seseorang yang bisa menyembuhkanku ketika aku terluka.
“Yeah yeah, kau benar-ja na, kebetulan-ja na. Seperti kata Mio-ja” (Tomoe)
Wajah penuh kegembiraan, mungkin itulah yang bisa kau sebut. Sementara untuk Mio, yah ... terlihat layaknya Oni atau *Hannya. Mukanya menyeramkan, tetapi lebih dari itu, dia kelihatannya hanya tidak menyukai sikap Tomoe. Mukanya malah menjadi mirip muka-muka pemerkosa yang ingin menyantap mangsanya.
(TLer: Hannya atau Shiro Hannya merupakan topeng iblis yang sering dijual dipasar malem di Jepang)
Jika memungkinkan, ini merupakan bagian di mana aku ingin Shiki muncul dan menghentikan mereka tetapi ... itu mustahil ya. Ada kenyataan jika dirinya masih pendatang baru dan dia cukup patuh kepada kedua senpainya, atau lebih tepatnya, dia ditindas oleh mereka. Aku hanya berharap mereka tidak melakukan hal buruk padanya.
"Fu ... fufufu. Kau bahkan tidak dapat menggunakan katanamu dengan benar dan kau cuma bisa mengoceh tentang Edo atau samurai. Mungkin Tomoe-san sudah benar-benar gila.” (Mio)
"... Hoh ~. Mio, apakah orang nomor dua berencana untuk bertarung dengan orang nomor satu? Aku membuat sebuah ikatan dengan Waka tahu? Bukankah status kita jelas di tingkat yang berbeda?" (Tomoe)
Ikatan kau bilang, itu agak berlebihan oy.
"A-Aku juga bertukar tinju dengan Waka-sama menggunakan kekuatan penuh dan telah saling bertukar darah kami, sebuah ikatan darah-de ari masu!" (Mio)
Mio, itu nggak sama dengan ikatan. Ngomong-ngomong, kau hanya mengisap darahku secara sepihak.
"Ha ... Meskipun kau tidak pernah memiliki kesempatan untuk menang. Pengalaman semacam itu, akupun pernah mengalaminya. Sebuah hubungan di mana kami menderita dan saling menikam dengan susah payah! Terinjak sepihak, bahkan Shiki pernah mengalaminya. Karena seperti itu kau memulainya, Mio..."
Aku hanya menyerangmu menggunakan [ Brid ] kan?!
"Kita tidak sedang membicarakan Lich yang sok sombong, Shiki. Harusnya kau lebih hati-hati mengatakan hal-hal seperti ikatan dan koneksi, kau harus belajar kesopanan. Karena seperti itu kau memulainya, Tomoe..." (Mio)
Sok-Sok sombong. Sungguh kejam. Selain itu, bukankah itu kau kan yang membuatnya seperti itu?
Hah ~. Mereka mengatakan ini dan itu mengenai saat-saat kami bertemu, dan mengenai ketika aku datang ke dunia ini. Singkatnya, itu berakhir dengan pertengkaran yang biasa.
Meskipun hal penting yang ingin kukatakan muncul setelahnya ... Banyak hal telah memanas, dan rasanya akan berlangsung cukup lama.
Tidak ada pilihan. Aku harus memberi tahu Shiki dulu ... oh. Shiki sepertinya telah menerima damage dari peluru nyasar yang mereka lemparkan dalam pertengkaran itu. Dia memiliki mata seseorang yang berkata, "Yah.. aku memang tidak bernilai..."
Ini adalah sesuatu yang secara pribadi aku pikirkan, tetapi aku merasa Lich memiliki banyak potensi dalam dirinya.
Nah, untuk saat ini ...
Aku akan menutup dua orang berisik itu menggunakan [ Sakai ]. Umu, lebih nyaman.
"Mari kita kesampingkan keduanya. Shiki, aku telah memutuskan kemana tujuanku selanjutnya." (Makoto)
“Uh. Apakah saya tetap harus menjadi orang pertama yang mendengarnya?” (Shiki)
D-Dia sangat negatif.
“Ya, untukku, Tomoe, Mio dan Shiki; kalian semua kuanggap kawan dan keluarga yang berharga.” (Makoto)
"..." (Shiki)
Shiki terlihat seperti mendengar sesuatu yang tidak terduga. Matanya terbuka lebar. Itu merupakan kata-kata yang sangat jauh dari konsep perjanjian kami, jadi aku tidak bisa menyalahkannya untuk itu. Bagaimanapun, kami terikat oleh perjanjian penguasaan.
Ya ampun, meskipun penampilannya keren, tinggi, dan cerdas, matanya memberitahuku tentang kurangnya kepercayaan dirinya. Ini terlalu tidak seimbang.
“Tergantung pada apa yang terjadi setelah aku kembali ke Tsige, aku akan mempersiapkan diriku untuk pergi menuju Kota Akademi beberapa hari setelahnya. Aku akan memberi tahumu rincian mengenai perusahaan di lain waktu. Aku saat ini tertarik pada cara belajar hyuman. Aku akan meminta semua orang untuk mengurus sisanya di Tsige.” (Makoto)
"Apakah anda berencana pergi ke sana sendirian?" (Shiki)
"Tidak, aku akan pergi dengan Shiki. Dua laki-laki, ayo pergi dengan diam-diam.” (Makoto)
"D-Dengan saya?! Tidak tidak, tidakkah seharusnya anda pergi dengan Tomoe-dono atau Mio-dono?! Terlebih lagi, jika hal seperti itu terjadi ... Saya tidak yakin tubuh saya keesokan harinya masih utuh.” (Shiki)
Seberapa parah mereka mengancammu Shiki?
Shiki yang berubah dan panik itu lucu, tetapi dia jelas tidak bercanda. Kedua ... ada keharusan untuk melatih mereka untuk memperlakukan junior. Aku akan mendisiplinkan mereka dalam dua hari.
“Lagipula kita akan bertemu di Asora. Maka akan lebih efisien jika aku dan Tomoe bertindak independen. Hanya Tomoe dan aku yang bisa membuka gerbang. Juga, strategi Tomoe yaitu membuat masalah dan kemudian memperbaikinya. Shiki, kau terlihat seperti seorang peneliti, maka aku merasa kau bisa mengikuti tren dan membuat langkah-langkah balasannya. Selain itu, kau merupakan seorang manusia, dan kurasa kau memiliki akal sehat yang lebih bagus ketimbang mereka.” (Makoto)
Ketika aku mengatkaan setengah dari apa yang aku katakan, aku mengecilkan nada suaraku.
Ini seperti saat ketika aku bertarung dengan Mio. Juga dengan para Ogre Hutan.
Terlebih lagi, baik Tomoe dan Mio pernah menghancurkan seluruh markas.
"Sepertinya Waka-sama sudah mengalami banyak hal ya?" (Shiki)
"Yah begitulah. Kau juga harus mempersiapkan dirimu Shiki, dunia ini keras.” (Makoto)
"..."
"Pada akhirnya, aku ingin dirimu bisa menghentikan pertengkaran mereka berdua dengan satu pukulan." (Makoto)
Ini sudah berada di tingkat di mana seseorang tidak dapat mengetahui apakah mereka benar-benar berkomunikasi. Tak satu pun dari mereka mengangkat tangan. Mungkin ada aturan di mana yang menyerang pertama justru menjadi yang kalah? Yah, tidak akan ada orang yang terluka jadi itu bagus.
"... Waka-sama tahu kan, undead pun bisa mati?" (Shiki)
"Oi oi, apa yang kau katakan?" adalah apa yang dikatakan mata Lich dengan wajah serius.
"Kau kan memiliki sihir penyembuhan maka seharusnya nggak apa-apa kan?" (Makoto)
"Saya akan dihujani kombo jutaan peluru dan mati dengan keadaan parah. Tidak ada gunanya penyembuhan. Saya tidak bisa melakukannya. Mustahil. Saya bisa mati.” (Shiki)
Shiki dengan mata yang berkaca-kaca menarik bagiku. Jika dia menerima begitu banyak luka hanya karena peluru nyasar, akan sulit baginya untuk melawan mereka ya.
"Tapi aku berencana meminta Shiki memberi tahu mereka mengenai tugasnya masing-masing." (Makoto)
"?? !!" (Shiki)
"Aku ingin mereka berdua menuju utara Tsige, ke arah laut. Tak diragukan lagi Tomoe akan mulai membual mengenai produk laut atau yang seperti itu sebentar lagi. Lalu untuk menghilangnya para petualang di gurun dan hubungan dengan Perusahaan Rembrandt, aku merasa meninggalkan Tomoe di Tsige jauh lebih nyaman.” (Makoto)
Tomoe tak terduga ternyata handal dalam negosiasi bahkan dengan sifatnya yang seperti itu. Dia merupakan seseorang yang terampil, seperti seorang jenderal yang memiliki semua nilai A dalam kemampuannya.
"B-Bukankah lebih bagus membawa Mio bersama kita?" (Shiki)
“Mio ya. Jika aku harus mengatakannya, aku benar-benar ingin membawanya bersamaku. Tetapi aku pikir sangat menyedihkan kalau hanya Tomoe yang menangani tugas-tugas itu. Kita kan masih bisa bertemu setiap minggu, jadi dalam hal ini, aku ingin dirinya belajar jauh dariku.” (Makoto)
Shiki, mengapa kau membuat wajah seperti 'ini adalah akhir dunia'? Aku berpikir Mio bisa melakukan semuanya dengan sempurna seperti Tomoe, tetapi aku ingin dirinya mempelajari dan bisa melakukan banyak hal.
"Wa-Waka-sama." (Shiki)
“Ah, juga, jangan panggil aku Waka-sama ketika kita tiba di Kota Akademi. Tolong panggil aku Raidou.” (Makoto)
"Kumohon... haruskah saya yang memberi tahu mereka semua ini?" (Shiki)
"Tentu saja. Aku harus pergi ke Tsige sekarang dan berbicara dengan Rembrandt-san. Dia sudah repot-repot menyewakan tokonya pada kita, kalo tiba-tiba yang punya toko ngilang, itu nggak akan sopan. Aku ingin setidaknya memberi salam dengan baik padanya.” (Makoto)
"Untuk berpikir ini merupakan tugas pertama saya, pada kehidupan baru yang diberikan oleh anda.... Saya mungkin tidak bisa kembali lagi...." (Shiki)
Aku memutuskan untuk mengabaikan monolognya. Sekarang aku ingat, kayaknya Lich pernah mengatakan sesuatu tentang dirinya sebagai undead tingkat tinggi yang memiliki elemen mendekati spirit. Layaknya darkness, fire; dia memiliki kendali atas banyak elemen atau yang seperti itulah.
Aku tidak bisa membayangkannya. Terutama dirinya yang mendekati spirit. Benar-benar di luar definisi yang aku miliki. Satu-satunya hal yang kuyakini tentang dirinya, yaitu bagian jika kekuatan sihirnya mengering, dia akan menghilang selamanya.
“Lalu, aku mengandalkanmu. aku akan pergi sekarang.” (Makoto)
—-
Dan lalu…
Aku memutuskan untuk menuju Kota Akademi.
Aku juga memiliki tujuan untuk mulai menjalankan perusahaanku dengan serius. Aku juga menduga ada peluangmenemukan informasi mengenai orang tuaku di tempat di mana pengetahuan dikumpulkan.
Tetapi tujuanku yang sebenarnya berbeda.
Apa yang memicuku untuk melakukan ini sesegera mungkin, yaitu kenangan dari wanita yang aku bunuh.
Dunia ini dikelola oleh Dewi itu, oleh sebab itu kupikir dunia ini aneh. Tapi saat ini, dalih itu tidak lagi cukup. Aku ingin mengetahuinya. Tentang dunia ini, tentang hyuman, pandangan agama tentang Dewi, pendidikan mereka, demihuman, ras iblis, Graunt, tentang dunia lain.
Itu sebabnya, bahkan dalam keadaan di mana urusan yang aku miliki di Asora dan Tsige belum selesai, aku masih memutuskan untuk pergi.
Untungnya, atau lebih tepatnya aneh, Rembrandt-san yang mendengarnya membuka mata lebar-lebar dan wajahnya terkejut, tetapi dia segera mendukung keputusanku. Meskipun aku menemui dirinya di kediamannya dengan tujuan mempelajari dari senpaiku. Ini merupakan sesuatu yang biasanya tidak akan pernah aku lakukan, tetapi berakhir dengan sangat anti-klimaks.
Aku merasa mereka telah menyiapkan semacam jebakan, tetapi aku tak berpikir jika aku bisa mendapatkan informasi dari seseorang yang berpengalaman seperti dirinya atau kepala pelayannya. Juga, pencarian dan pemeriksaan [ Sakai ] tak bisa membaca pikiran, jadi tidak ada gunanya.
Untuk beberapa alasan, dia bahkan menyiapkan dokumen terkait aplikasi untuk Kota Akademi, mereka pasti memiliki suatu rencana. Bahkan jika aku memiliki pengalaman dalam membunuh seseorang, aku masih mempercayai mereka sampai batas tertentu. Karena aku melihat tampangnya ketika keluarganya menderita penyakit kutukan. Aku pikir orang-orang ini berbeda.
Menerima dokumen Kota Akademi dari Rembrandt-san dan catatan rekomendasinya, aku menundukkan kepalaku. Aku tidak berpikir dia bahkan akan menuliskan rekomendasi. Kupikir dia hanyalah pedagang berpengaruh di tempat terpencil Tsige, tetapi dirinya mungkin seseorang yang lebih penting daripada yang aku kira.
Dengan perasaan terima kasihku, aku akhirnya melepas topengku di depan mereka berdua. Itu sesuatu yang sudah aku siapkan. Topeng ini merupakan sesuatu yang aku kenakan karena keadaan.
(TLer: mukanya buriq)
Pertama kali mereka melihat wajahku, seperti yang diharapkan, rasanya mereka turut prihatin atas keburikan wajahku, mereka menatapku dengan mata penuh bela sungkawa. Tetapi aku hanya bisa tersenyum kecut menanggapinya. Karena bagiku, Kalian semua malah yang aneh.
Mereka mengatakan kepadaku "Orang-orang akan terbiasa pada waktunya jadi jangan khawatir" dan juga hal-hal kejam lainnya. Meski begitu, mungkin karena anggapan jelek berubah pada dirinya semenjak keluarganya terkena kutukan, Rembrandt-san berinteraksi denganku dengan cara yang sangat normal.
Pada akhirnya, dia tidak membiarkan diriku bertemu istri dan putrinya, tetapi itu masih berlangsung dengan lancar.
Aku bisa meninggalkan kediaman Rembrandt dengan tenang. Aku benar-benar harus mengucapkan terima kasih padanya. Pada waktunya, aku harus memprioritaskan dirinya ketika aku berencana untuk mengedarkan produk Asora secara terang-terangan.
Satu-satunya urusan yang tersisa saat ini hanyalah Asora. Atau lebih tepatnya, Tomoe dan Mio.
Setelah aku pergi, sepertinya Shiki memberi tahu mereka dan, seperti yang diharapkan (Maaf Shiki), mereka keterlaluan.
Shiki berubah menjadi sangat pucat. Sampai-sampai aku merasa tubuhnya transparan dan aku bisa melihat sesuatu keluar dari mulutnya.
Apa saja yang aku rencanakan, apa saja yang aku pikirkan dan apa yang aku inginkan; aku membicarakan semuanya pada mereka. Keduanya terlihat agak enggan tetapi menerima pada akhirnya. Tatapan iri yang tertuju pada Shiki dari tadi sampai saat ini, yah, mau gimana lagi.
Bukan sebagai hadiah perpisahan atau apa, tetapi aku memutuskan untuk memberi mereka tugas. Itu merupakan sesuatu yang telah mereka tanyakan sebelumnya, tetapi karena aku tidak tahu jawabannya pada saat itu, aku telah menunda sampai saat ini.
Itu mungkin bukan jawaban yang benar, tetapi aku masih memberi tahu mereka mengenai hal itu.
Untuk Tomoe, itu mengenai katana. Atau lebih seperti, tentang seni berpedang. Tentu saja, aku ini seorang amatir dibidang itu. Jika ini tentang Iai, aku mempunyai sedikit pengalaman dari temanku yang pernah mengajariku, tetapi itu tidak sampai di tingkat praktisnya. Jujur saja, tingkatnya cuma sampai dimana tangan kiriku bahkan tidak mampu lagi menahan ketegangan, sangatlah amatiran. Aku belum pernah memotong orang-orangan jerami.
(TLer: orang-orangan yg kek buat latihan di dojo2 Konohagakure)
Meski begitu, aku mencoba mencari informasi semacam itu di kepalaku dan aku dapat mengingat salah satu dasar dalam seni berpedang. Ini sesuatu yang sangat tidak terduga bagiku. Tomoe mengatakan dirinya akan mulai menggunakan katana, maka ini pasti bisa menjadi referensinya.
Aku mulai dengan genggaman. Genggaman yang digunakan saat memegang Katana, atau begitulah sebutannya. Aku pernah diberitahu tanpa melatih hal ini dengan benar, semua gerakan yang kau lakukan dengan pedang tidak akan praktis. Sepertinya itu semacam tradisi, tetapi sebenarnya ada makna tersembunyi di baliknya, itu merupakan satu-satunya nasehat yang diberitahukan padaku, jadi aku merasa sedikit minta maaf kepada Tomoe. Karena itu kita harus mulai melatih genggaman terlebih dahulu. Cobalah pedang yang lebih panjang dan lebih berat daripada yang kau gunakan, itulah yang aku rekomendasikan kepadanya.
Ketika aku menemukan kesempatan, aku harus melihat ingatanku sekali lagi untuk mengkonfirmasi cara berlatih dan nasehat senseiku. Mengambil bagian di mana aku pernah diberitahu "tidak memiliki bakat" dan "pecundang", ingatan buruk itu memangnya masih tersisa ya?
Untuk Mio, itu mengenai black magic. Gadis ini sering menanyaiku tentang berbagai senjata, tetapi sepertinya dia mengerti perasaan yang aku miliki tentang mereka, maka dari itu dirinya mencoba mereproduksinya dengan black magic tanpa bertanya kepadaku mengenai hal itu. Seberapa besar rasa sukamu pada senjata?
(TLer: pokoknya yg berhubungan ama black magic, darkness, kaga bakal w terjemah karena aneh)
Tetapi untuk Mio, yang bisa mereproduksi peluru kecil dalam waktu singkat, sedang mengalami masalah pada kurangnya daya tembus. Aku juga kurangtahu mengenai jenis bentuk peluru agar bisa menembus dengan kecepatan tinggi, maka dari itu aku selalu ragu untuk menjawabnya ketika dia meminta saran. Seharusnya dengan bentuk yang dibuat Mio sudah tak perlu dipermasalahkan, tetapi elemen darkness sejatinya digunakan untuk serangan langsung, jadi lebih cocok untuk menghasilkan dampaknya. Aku masih belum tahu menganai rinciannya.
Aku tidak banyak mengetahui jenis-jenis senjata di duniaku sebelumnya. Aku pernah membaca manga yang membahas itu, tetapi banyak halaman yang aku skip sehingga membuatku kekurangan informasi. Pada akhirnya, aku mengajarinya menggunakan nasehat sensei dan posturnya. Aku pikir saran ini lebih baik daripada saran Tomoe.
Saran itu yaitu rotasi. Jika aku tidak salah ingat, ketika peluru melewati laras senapan, peluru itu memberikan rotasi, akurasi, kemampuan menusuk, dan tenaga murni. Sensei memberitahuku teorinya secara terperinci, tapi jujur, aku hanya menyukai busur dan sepertinya aku tidak tertarik pada pistol yang merupakan juga senjata jarak jauh, karena itu aku tak memperhatikannya dengan serius.
Yah, itu pasti sesuatu yang mirip dengan bor. Aku tidak tahu mengapa keakuratannya akan meningkat dan kupikir aku tak perlu mengetahui sebabnya. Lagipula itu sama halnya seperti busur.
Itu sebabnya aku mencoba mengajari Mio mengenai rotasi.
Mari kita kesampingkan jika ini benar-benar layak disebut sebagai tugas. Mereka berdua terlihat bahagia jadi itu bagus.
Aku juga memberi tahu mereka mengenai kenyataan jika aku menganggap mereka seperti keluargaku sendiri, dan aku tidak tahu apakah mereka menerimanya, mesikupun begitu aku ingin memberi mereka nama keluarga Misumi. Saat ini kan mereka hanya bernama Tomoe, Mio dan Shiki saja.
Tetapi aku bingung cara mengatakannya. Dan itu sangat memalukan, jadi pada akhirnya, aku tidak bisa mengatakannya. Aku benar-benar tidak berguna ya.
"Ayah ibu. Aku masih tidak tahu apa-apa mengenai kalian berdua, tetapi aku berencana untuk terus melangkah maju. Tidak apa-apa kan?” (Makoto)
Di sebuah bukit yang sepi di Asora, aku melakukan monolog. Apakah ada perubahan di Asora ketika aku membuat perjanjian dengan Shiki? Aku merasa seperti banyak bukit dan gunung telah terbentuk. Seperti biasa, mereka semua berada di tempat yang jauh maka tidak apa-apa, tetapi jika mereka dekat, aku khawatir dengan gempa bumi.
(TLer: monolog, ngomong sendiri)
Aku berada di atas salah satu dari mereka. Di tempat yang cukup jauh dari kota, aku kesini sendiri. Langit malam Asora berwarna merah. Ini merupakan waktu ketika udara dingin tertiup kebawah seolah-olah turun dari langit. Aku duduk dan bokongku mulai kedinginan.
Di tangan kiriku, aku memegang lukisan orang tuaku. Ukuran kertas ini sekitar A5, mungkin. Aku tidak tahu persis ukurannya. Ibu dan ayahku dilukis di kertas yang berbeda. Lukisan ini dibuat oleh Rinon atas dasar permintaanku.
Tidak ada seorang pun di Asora yang bisa menggambar dengan bagus. Aku tak menduga ternyata dia pandai menggambar. Sejujurnya, aku tidak enak meminta anak kecil untuk menggambar apa yang kuinginkan.
"..."
Ada satu hal lagi yang aku ingat. Tidak, itu lebih seperti, menghadapi.
Di tangan kananku yang menghadap ke atas ada gambar mengambang seperti hologram. Satu gambar yang ada di ingatanku.
(TLer: ini kemungkinan kekuatan Tomoe ngambil berkas ingatannya)
Di sana, seseorang bisa melihat ekspresi lembut semua orang. Di tempat di mana tidak ada pertempuran untuk mempertaruhkan hidupmu, dimana tempat yang sama-sekali tak tercium aroma bahaya.
Gambaran pertemuan anggota klub panahan.
Dalam kelompok itu, ada satu orang di bagian tengah, tatapanku tertuju pada seseorang yang paling tinggi.
“... Aku minta maaf karena menghilang setelah melarikan diri. Aku... akhirnya membunuh seseorang. Aku menangis, tetapi itu bukan karena aku merasa sedih. Lalu, aku mengingat kalian berdua dengan sangat jelas..." (Makoto)
Untaian kata yang tidak berhenti, keluar dari mulutku.
Hal pertama yang aku pikirkan adalah keluargaku, kemudian panahan, dan setelah mengesampingkan semua hal lain seolah-olah tidak apa-apa untuk melakukannya, aku datang ke dunia ini. Ketika aku memikirkannya, ada banyak penyesalan yang masih tersisa di dunia itu.
Tentang kedua gadis itu... meninggalkan mereka berdua dalam keadaan seperti itu, rasanya tidak baik-baik saja.
“Semua yang aku lakukan hanya setengah-setengah. Mengingat, melupakan. Itu membuatku mengerti kalau diriku benar-benar yang terburuk.” (Makoto)
Jika aku bisa mendedikasikan seluruh waktuku untuk satu hal, jika aku berani mengambil langkah sembari membaktikan diri pada panahan saja, pastilah sangat indah. Aku, seseorang yang ragu-ragu untuk melangkah, gagasan seperti itu, seperti yang diharapkan, aku hanyalah orang biasa yang hanya bisa menggunakan busur.
"Hei, Higashi, Hasegawa. Bahkan dengan itu, aku mencoba untuk berpikir yang terbaik. Setidaknya yang akan aku lakukan, untuk kalian berdua yang menyukaiku, berusaha sebaik mungkin untuk tidak menjadi pria yang akan mengecewakan kalian. Karena itu, jika aku bisa kembali suatu hari nanti, jika mungkin..." (Makoto)
(TLer: Ajg pen ngeharem, mana senpai + kouhainya susunya gede-gede pula)
Meskipun begitu, aku telah membunuh seseorang. Di masa depan tidak mungkin untuk tidak membunuh orang lagi.
Jika memungkinkan…
Kata-kata setelah itu ... Aku tidak bisa mengatakannya.
Kumohon mengertilah.
Saat ini, aku harus memulainya dari itu.
Apa yang harus aku lakukan, akan kuputuskan setelah menyelesaikan ini. Sampai saat itu, sepertinya aku akan peduli pada perang antara ras iblis dan hyuman. Untuk saat ini tak perlu mengambil keputusan. Apakah itu Dewi, atau hyuman, iblis, atau demihuman?
Aku menundukkan kepalaku seolah-olah membungkuk, dan menguatkan tekadku untuk pergi.
Kota Akademi, Rotsgard. Dari peta yang aku lihat, tempatnya dekat dengan bagian tengah benua. Tanah yang melampaui luasnya negara kecil. Dari apa yang aku dengar di Tsige, di bagian barat dayanya, meskipun tempat itu merupakan kota yang berfokus pada penelitian dan studi, tempatnya juga berada di dekat perbatasan zona perang dengan ras iblis.
Itulah tempat yang akan aku tuju selanjutnya.
"Jika aku ingat dengan benar, aku mengatakan itu bukan pertukaran yang buruk." (Tomoe)
Apakah dia pura-pura bodoh? Atau apakah dia benar-benar tidak ingat mengenai hal itu?
"Kalian, yang telah membuat perjanjian denganku, kehilangan bentuk sebelumnya dan telah mendapatkan peningkatan pada kemampuan kalian, itulah apa yang aku coba katakan. Lalu, bagaimana denganku?" (Makoto)
Pada saat aku datang ke dunia ini, aku membuat perjanjian dengan naga yang memiliki peringkat satu digit, seekor laba-laba hitam yang dibenci karena dianggap sebagai bencana dan juga manusia yang berubah menjadi undead (itu bertabrakan dengan definisiku tentang salah satunya), seorang lich.
Tsuki-sama meyakinkanku jika kekuatan sihirku lebih tinggi dibandingkan dengan para pahlawan.
Perjanjian tersebut tidak mempengaruhi tubuhku secara negatif. Hanya satu hal yang mungkin akan menjadi "seperti itu" yaitu pengalaman yang aku dapatkan ketika diriku menggunakan gerbang kabut penghubung Tsige menuju Asora.
Masuknya ingatan orang lain. Aku pikir itu merupakan kekuatan Tomoe.
Tanpa mengatakan apa-apa lagi, aku beralih menatap pengikut lainku yang sedang menunggu dan melanjutkan.
“Dua hari yang lalu, aku melihat ingatan seseorang. Tidak ada keraguan tentang itu. Tomoe, kau tahu sesuatu tentang itu?” (Makoto)
“Sungguh kejam Waka ini. Aku mempunyai dugaan, apakah anda ingin mendengarnya?" (Tomoe)
"Biarkan aku mengkonfirmasinya. Hubungan penguasaan, aku tahu itu mengubah penampilan luar dan meningkatkan kemampuan keseluruhan pengikut. Namun, apa yang diperoleh sang penguasa? Inilah yang aku pikirkan, penguasa pada dasarnya memperoleh sifat khusus dari pengikutnya.” (Makoto)
Aku tidak bisa menjelaskannya dengan baik. Tetapi jika aku bisa menggunakan kekuatan Tomoe, akupun mungkin bisa menggunakan kekuatan Mio dan Shiki. Kupikir mustahil bagi manusia untuk menggunakan kekuatan mahluk yang bukan manusia tanpa risiko apa pun, sehingga secara alami aku mendapatkan suatu *bagian dari mereka, itulah yang setidaknya aku pikirkan.
(TLer: nggak bisa w artiin kemampuan/kekuatan, karna maksudnya buka kesitu, ini lebih seperti pertukaran sel, misal tangan kanan Makoto berubah jadi naga, tangan kiri berubah jadi laba-laba, dll gitulah)
Singkatnya, aku saat ini telah menjadi sesuatu yang bukan manusia lagi, itulah apa yang aku duga, tetapi...
"Puh~" (Tomoe)
"Kenapa kau tertawa Tomoe?" (Makoto)
Ketika dirimu, bukan manusia lagi, bukankah itu ... memiliki dampak yang kuat? Jujur saja, hal yang paling mengejutkan dari hal ini adalah aku yang dikirim ke dunia ini kan? Lebih tepatnya, ini terasa seperti aku sedang dikhianati kan?
Jika mereka mengatakan kepadaku, "kehilangan sisi manusiamu, apakah itu masalah besar?" aku akan terkejut.
"Yah, begitulah, aku telah memikirkan langkah besar yamg anda lakukan dalam dua hari ini, tetapi untuk berpikir anda telah membuat kesalahpahaman dan tersesat begitu jauh, gimana bilangnya ya... aku sungguh sangat menyesal." (Tomoe)
“Awalnya saya membuang sisi hyuman saya, maka dari itu saya bisa mengerti perasaan anda, tetapi menjadi human pasti hal yang sangat penting bagi Waka-sama. Saya akan selalu mengingatnya." (Shiki)
Tomoe dan Shiki benar-benar diluar dari apa yang aku harapkan. Mio sepertinya dia bahkan belum mengerti situasinya saat ini.
“Untuk Waka yang bisa menggunakan kekuatanku, yah ... saat ini, kebetulan. Lagipula kemunculannya dari waktu ke waktu pasti akan lebih sering. Waka mungkin dalam keadaan di mana anda tidak bisa mengendalikan emosimu sendiri. Memalukan untuk mengatakan ini, tetapi aku pikir itu karena terbentuknya "koneksi" antara anda dan diriku." (Tomoe)
Ko-Koneksi?!
Uo! Mata Mio tiba-tiba terlihat berbahaya. Dia duduk. Kilau di matanya perlahan menghilang. Ini salah paham, salah paham oke?!
"Jelaskan! Jelaskan Tomoe! Sekarang juga!" (Makoto)
"Hm? Oh, sepertinya aku salah mengatakannya. Yang aku maksud dengan koneksi yaitu kepercayaan di antara kita dan pertukaran emosi kita atau sesuatu seperti itu. Ngomong-ngomong, bagi Waka, sebagai penguasa, yang menerima suatu bagian dari pengikut mereka tidaklah mungkin oke? Itu akan menjadikan hubungan ini setara. Kami adalah pengikut, seseorang yang telah menjanjikan kesetiaan kami. Jika Waka menginginkannya, anda bahkan dapat menggunakan kekuatan kami untuk melakukan kejahatan. Hanya saja kekuatan ini biasanya digunakan hanya oleh satu eksistensi. Untuk menggunakannya, anda harus membiasakan diri terlebih dahulu dan lambat laun anda bisa menggunakannya tanpa anda sadari. Hanya, ada pengecualian dalam hal ini. Yah, pengecualiannya ya kasus seperti ini.” (Tomoe)
Kekuatan Tomoe dan yang lainnya ya. Tentu saja, aku belum merasakan kekuatan itu di tubuhku bahkan sekali saja. Terakhir kalinya. Kekuatan Tomoe baru saja diaktifkan sendiri tanpa aku merasakan sebuah kemampuan telah diaktifkan.
(TLer: ketika Makoto menyadari apa yg dirasain Mio pas Tomoe nyebut koneksi)
“……”
Tingkah laku Mio kelihatannya seperti dia sudah mendapatkan jawaban yang dia mau... Mungkinkan?
Apakah dia memutuskan untuk mendengarkan saja? Atau apakah dia sudah menemui semacam kesimpulan? Tolong biarkan itu menjadi yang pertama.
“Dalam kasus di mana master mencari cara untuk menyelesaikan suatu masalah dan terdapat koneksi yang jelas antara master dan pengikut; ada kemungkinan kekuatan pengikut akan terwujud saat master mengamuk. Kekuatan itu dapat terbentuk atau mungkin ada kesempatan bagi master untuk melepaskannya dalam kapasitas optimalnya. Sepertinya dalam hal ini, kesimpulan seperti itulah yang dapat diterima.” (Tomoe)
Tak ada yang salah, adalah apa yang ditambahkan Tomoe. Itu merupakan pengalaman yang cukup menyakitkan, tetapi dia mengatakan kepadaku itu tidak ada yang salah? Tentu saja, tidak ada konsumsi kekuatan sihir. Menyerupai saat aku menggunakan [ Sakai ]. Tak diragukan lagi kekuatan itu tidak menggunakan kekuatan sihirku sebagai perantara. Itulah perbedaan kekuatan itu dengan [ Sakai ].
(TLer: kalo sakai mengkonsumsi sihirnya Makoto, kalo kekuatan ini nggak pake)
"Kepercayaan dan amukan ya." (Makoto)
Apakah itu berarti aku mempercayai Tomoe sampai tingkat tertentu? Yah, dia merupakan pengikut pertamaku, yang pertama membuat perjanjian. Aku telah menerima dirinya di hatiku. Mungkin itu sebabnya.
Tomoe terlihat senang karena aku bisa mewujudkan kekuatannya. Jujur saja, itu sangat tidak menyenangkan lho?! Aku tak bisa sembarangan melampiaskan emosiku. Apakah kau mengatakan kepadaku mulai saat ini ada kemungkinan kekuatan itu akan aktif berkali-kali?
Kapan aku bisa mengendalikannya secara sadar?
"Ya, kepercayaan! Kepercayaan Waka. Sangatlah indah, untuk melihat anda menggunakan kekuatanku terlebih dahulu! Dengan ini, posisiku sebagai pengikut pertama sudah tak diragukan lagi!” (Tomoe)
Bagian itu yang terpenting, itulah apa yang diulang-ulang Tomoe beberapa kali. Senyum lebar terbentuk diwajahnya. Ah, Mio malah...
"... Itu hanyalah kebetulan." (Mio)
"Hm? Ada apa Mio? Aku tidak bisa mendengarmu~” (Tomoe)
Tomoe, hentikan.
“... Kali ini hanya kebetulan kekuatanmu terwujud pada beliau! Waka-sama luar biasa, jika ada saat di mana dia berada di ambang kematian, dia pasti akan mengaktifkan kekuatanku dan menyembuhkan dirinya sendiri! Itu hanya kebetulan, kebetulan saja!! Hanya itu-desu wa!” (Mio)
Jangan malah mendoakanku seperti itu! Penyembuhan menggunakan [Sakai] saja tidak berhasil padaku kan?! Aku akan mati jika diriku menerima luka serius seperti itu! Ah, tetapi jika aku bisa menggunakan kemampuan regenerasi Mio, itu seharusnya malah bagus kan? Tetapi jika diaktifkan dalam keadaan optimal, ada kemungkinan kemampuan yang berbeda akan terlahir...
Ini pertaruhan yang tidak ingin aku lakukan. Aku akan memastikan ada seseorang yang bisa menyembuhkanku ketika aku terluka.
“Yeah yeah, kau benar-ja na, kebetulan-ja na. Seperti kata Mio-ja” (Tomoe)
Wajah penuh kegembiraan, mungkin itulah yang bisa kau sebut. Sementara untuk Mio, yah ... terlihat layaknya Oni atau *Hannya. Mukanya menyeramkan, tetapi lebih dari itu, dia kelihatannya hanya tidak menyukai sikap Tomoe. Mukanya malah menjadi mirip muka-muka pemerkosa yang ingin menyantap mangsanya.
(TLer: Hannya atau Shiro Hannya merupakan topeng iblis yang sering dijual dipasar malem di Jepang)
Jika memungkinkan, ini merupakan bagian di mana aku ingin Shiki muncul dan menghentikan mereka tetapi ... itu mustahil ya. Ada kenyataan jika dirinya masih pendatang baru dan dia cukup patuh kepada kedua senpainya, atau lebih tepatnya, dia ditindas oleh mereka. Aku hanya berharap mereka tidak melakukan hal buruk padanya.
"Fu ... fufufu. Kau bahkan tidak dapat menggunakan katanamu dengan benar dan kau cuma bisa mengoceh tentang Edo atau samurai. Mungkin Tomoe-san sudah benar-benar gila.” (Mio)
"... Hoh ~. Mio, apakah orang nomor dua berencana untuk bertarung dengan orang nomor satu? Aku membuat sebuah ikatan dengan Waka tahu? Bukankah status kita jelas di tingkat yang berbeda?" (Tomoe)
Ikatan kau bilang, itu agak berlebihan oy.
"A-Aku juga bertukar tinju dengan Waka-sama menggunakan kekuatan penuh dan telah saling bertukar darah kami, sebuah ikatan darah-de ari masu!" (Mio)
Mio, itu nggak sama dengan ikatan. Ngomong-ngomong, kau hanya mengisap darahku secara sepihak.
"Ha ... Meskipun kau tidak pernah memiliki kesempatan untuk menang. Pengalaman semacam itu, akupun pernah mengalaminya. Sebuah hubungan di mana kami menderita dan saling menikam dengan susah payah! Terinjak sepihak, bahkan Shiki pernah mengalaminya. Karena seperti itu kau memulainya, Mio..."
Aku hanya menyerangmu menggunakan [ Brid ] kan?!
"Kita tidak sedang membicarakan Lich yang sok sombong, Shiki. Harusnya kau lebih hati-hati mengatakan hal-hal seperti ikatan dan koneksi, kau harus belajar kesopanan. Karena seperti itu kau memulainya, Tomoe..." (Mio)
Sok-Sok sombong. Sungguh kejam. Selain itu, bukankah itu kau kan yang membuatnya seperti itu?
Hah ~. Mereka mengatakan ini dan itu mengenai saat-saat kami bertemu, dan mengenai ketika aku datang ke dunia ini. Singkatnya, itu berakhir dengan pertengkaran yang biasa.
Meskipun hal penting yang ingin kukatakan muncul setelahnya ... Banyak hal telah memanas, dan rasanya akan berlangsung cukup lama.
Tidak ada pilihan. Aku harus memberi tahu Shiki dulu ... oh. Shiki sepertinya telah menerima damage dari peluru nyasar yang mereka lemparkan dalam pertengkaran itu. Dia memiliki mata seseorang yang berkata, "Yah.. aku memang tidak bernilai..."
Ini adalah sesuatu yang secara pribadi aku pikirkan, tetapi aku merasa Lich memiliki banyak potensi dalam dirinya.
Nah, untuk saat ini ...
Aku akan menutup dua orang berisik itu menggunakan [ Sakai ]. Umu, lebih nyaman.
"Mari kita kesampingkan keduanya. Shiki, aku telah memutuskan kemana tujuanku selanjutnya." (Makoto)
“Uh. Apakah saya tetap harus menjadi orang pertama yang mendengarnya?” (Shiki)
D-Dia sangat negatif.
“Ya, untukku, Tomoe, Mio dan Shiki; kalian semua kuanggap kawan dan keluarga yang berharga.” (Makoto)
"..." (Shiki)
Shiki terlihat seperti mendengar sesuatu yang tidak terduga. Matanya terbuka lebar. Itu merupakan kata-kata yang sangat jauh dari konsep perjanjian kami, jadi aku tidak bisa menyalahkannya untuk itu. Bagaimanapun, kami terikat oleh perjanjian penguasaan.
Ya ampun, meskipun penampilannya keren, tinggi, dan cerdas, matanya memberitahuku tentang kurangnya kepercayaan dirinya. Ini terlalu tidak seimbang.
“Tergantung pada apa yang terjadi setelah aku kembali ke Tsige, aku akan mempersiapkan diriku untuk pergi menuju Kota Akademi beberapa hari setelahnya. Aku akan memberi tahumu rincian mengenai perusahaan di lain waktu. Aku saat ini tertarik pada cara belajar hyuman. Aku akan meminta semua orang untuk mengurus sisanya di Tsige.” (Makoto)
"Apakah anda berencana pergi ke sana sendirian?" (Shiki)
"Tidak, aku akan pergi dengan Shiki. Dua laki-laki, ayo pergi dengan diam-diam.” (Makoto)
"D-Dengan saya?! Tidak tidak, tidakkah seharusnya anda pergi dengan Tomoe-dono atau Mio-dono?! Terlebih lagi, jika hal seperti itu terjadi ... Saya tidak yakin tubuh saya keesokan harinya masih utuh.” (Shiki)
Seberapa parah mereka mengancammu Shiki?
Shiki yang berubah dan panik itu lucu, tetapi dia jelas tidak bercanda. Kedua ... ada keharusan untuk melatih mereka untuk memperlakukan junior. Aku akan mendisiplinkan mereka dalam dua hari.
“Lagipula kita akan bertemu di Asora. Maka akan lebih efisien jika aku dan Tomoe bertindak independen. Hanya Tomoe dan aku yang bisa membuka gerbang. Juga, strategi Tomoe yaitu membuat masalah dan kemudian memperbaikinya. Shiki, kau terlihat seperti seorang peneliti, maka aku merasa kau bisa mengikuti tren dan membuat langkah-langkah balasannya. Selain itu, kau merupakan seorang manusia, dan kurasa kau memiliki akal sehat yang lebih bagus ketimbang mereka.” (Makoto)
Ketika aku mengatkaan setengah dari apa yang aku katakan, aku mengecilkan nada suaraku.
Ini seperti saat ketika aku bertarung dengan Mio. Juga dengan para Ogre Hutan.
Terlebih lagi, baik Tomoe dan Mio pernah menghancurkan seluruh markas.
"Sepertinya Waka-sama sudah mengalami banyak hal ya?" (Shiki)
"Yah begitulah. Kau juga harus mempersiapkan dirimu Shiki, dunia ini keras.” (Makoto)
"..."
"Pada akhirnya, aku ingin dirimu bisa menghentikan pertengkaran mereka berdua dengan satu pukulan." (Makoto)
Ini sudah berada di tingkat di mana seseorang tidak dapat mengetahui apakah mereka benar-benar berkomunikasi. Tak satu pun dari mereka mengangkat tangan. Mungkin ada aturan di mana yang menyerang pertama justru menjadi yang kalah? Yah, tidak akan ada orang yang terluka jadi itu bagus.
"... Waka-sama tahu kan, undead pun bisa mati?" (Shiki)
"Oi oi, apa yang kau katakan?" adalah apa yang dikatakan mata Lich dengan wajah serius.
"Kau kan memiliki sihir penyembuhan maka seharusnya nggak apa-apa kan?" (Makoto)
"Saya akan dihujani kombo jutaan peluru dan mati dengan keadaan parah. Tidak ada gunanya penyembuhan. Saya tidak bisa melakukannya. Mustahil. Saya bisa mati.” (Shiki)
Shiki dengan mata yang berkaca-kaca menarik bagiku. Jika dia menerima begitu banyak luka hanya karena peluru nyasar, akan sulit baginya untuk melawan mereka ya.
"Tapi aku berencana meminta Shiki memberi tahu mereka mengenai tugasnya masing-masing." (Makoto)
"?? !!" (Shiki)
"Aku ingin mereka berdua menuju utara Tsige, ke arah laut. Tak diragukan lagi Tomoe akan mulai membual mengenai produk laut atau yang seperti itu sebentar lagi. Lalu untuk menghilangnya para petualang di gurun dan hubungan dengan Perusahaan Rembrandt, aku merasa meninggalkan Tomoe di Tsige jauh lebih nyaman.” (Makoto)
Tomoe tak terduga ternyata handal dalam negosiasi bahkan dengan sifatnya yang seperti itu. Dia merupakan seseorang yang terampil, seperti seorang jenderal yang memiliki semua nilai A dalam kemampuannya.
"B-Bukankah lebih bagus membawa Mio bersama kita?" (Shiki)
“Mio ya. Jika aku harus mengatakannya, aku benar-benar ingin membawanya bersamaku. Tetapi aku pikir sangat menyedihkan kalau hanya Tomoe yang menangani tugas-tugas itu. Kita kan masih bisa bertemu setiap minggu, jadi dalam hal ini, aku ingin dirinya belajar jauh dariku.” (Makoto)
Shiki, mengapa kau membuat wajah seperti 'ini adalah akhir dunia'? Aku berpikir Mio bisa melakukan semuanya dengan sempurna seperti Tomoe, tetapi aku ingin dirinya mempelajari dan bisa melakukan banyak hal.
"Wa-Waka-sama." (Shiki)
“Ah, juga, jangan panggil aku Waka-sama ketika kita tiba di Kota Akademi. Tolong panggil aku Raidou.” (Makoto)
"Kumohon... haruskah saya yang memberi tahu mereka semua ini?" (Shiki)
"Tentu saja. Aku harus pergi ke Tsige sekarang dan berbicara dengan Rembrandt-san. Dia sudah repot-repot menyewakan tokonya pada kita, kalo tiba-tiba yang punya toko ngilang, itu nggak akan sopan. Aku ingin setidaknya memberi salam dengan baik padanya.” (Makoto)
"Untuk berpikir ini merupakan tugas pertama saya, pada kehidupan baru yang diberikan oleh anda.... Saya mungkin tidak bisa kembali lagi...." (Shiki)
Aku memutuskan untuk mengabaikan monolognya. Sekarang aku ingat, kayaknya Lich pernah mengatakan sesuatu tentang dirinya sebagai undead tingkat tinggi yang memiliki elemen mendekati spirit. Layaknya darkness, fire; dia memiliki kendali atas banyak elemen atau yang seperti itulah.
Aku tidak bisa membayangkannya. Terutama dirinya yang mendekati spirit. Benar-benar di luar definisi yang aku miliki. Satu-satunya hal yang kuyakini tentang dirinya, yaitu bagian jika kekuatan sihirnya mengering, dia akan menghilang selamanya.
“Lalu, aku mengandalkanmu. aku akan pergi sekarang.” (Makoto)
—-
Dan lalu…
Aku memutuskan untuk menuju Kota Akademi.
Aku juga memiliki tujuan untuk mulai menjalankan perusahaanku dengan serius. Aku juga menduga ada peluangmenemukan informasi mengenai orang tuaku di tempat di mana pengetahuan dikumpulkan.
Tetapi tujuanku yang sebenarnya berbeda.
Apa yang memicuku untuk melakukan ini sesegera mungkin, yaitu kenangan dari wanita yang aku bunuh.
Dunia ini dikelola oleh Dewi itu, oleh sebab itu kupikir dunia ini aneh. Tapi saat ini, dalih itu tidak lagi cukup. Aku ingin mengetahuinya. Tentang dunia ini, tentang hyuman, pandangan agama tentang Dewi, pendidikan mereka, demihuman, ras iblis, Graunt, tentang dunia lain.
Itu sebabnya, bahkan dalam keadaan di mana urusan yang aku miliki di Asora dan Tsige belum selesai, aku masih memutuskan untuk pergi.
Untungnya, atau lebih tepatnya aneh, Rembrandt-san yang mendengarnya membuka mata lebar-lebar dan wajahnya terkejut, tetapi dia segera mendukung keputusanku. Meskipun aku menemui dirinya di kediamannya dengan tujuan mempelajari dari senpaiku. Ini merupakan sesuatu yang biasanya tidak akan pernah aku lakukan, tetapi berakhir dengan sangat anti-klimaks.
Aku merasa mereka telah menyiapkan semacam jebakan, tetapi aku tak berpikir jika aku bisa mendapatkan informasi dari seseorang yang berpengalaman seperti dirinya atau kepala pelayannya. Juga, pencarian dan pemeriksaan [ Sakai ] tak bisa membaca pikiran, jadi tidak ada gunanya.
Untuk beberapa alasan, dia bahkan menyiapkan dokumen terkait aplikasi untuk Kota Akademi, mereka pasti memiliki suatu rencana. Bahkan jika aku memiliki pengalaman dalam membunuh seseorang, aku masih mempercayai mereka sampai batas tertentu. Karena aku melihat tampangnya ketika keluarganya menderita penyakit kutukan. Aku pikir orang-orang ini berbeda.
Menerima dokumen Kota Akademi dari Rembrandt-san dan catatan rekomendasinya, aku menundukkan kepalaku. Aku tidak berpikir dia bahkan akan menuliskan rekomendasi. Kupikir dia hanyalah pedagang berpengaruh di tempat terpencil Tsige, tetapi dirinya mungkin seseorang yang lebih penting daripada yang aku kira.
Dengan perasaan terima kasihku, aku akhirnya melepas topengku di depan mereka berdua. Itu sesuatu yang sudah aku siapkan. Topeng ini merupakan sesuatu yang aku kenakan karena keadaan.
(TLer: mukanya buriq)
Pertama kali mereka melihat wajahku, seperti yang diharapkan, rasanya mereka turut prihatin atas keburikan wajahku, mereka menatapku dengan mata penuh bela sungkawa. Tetapi aku hanya bisa tersenyum kecut menanggapinya. Karena bagiku, Kalian semua malah yang aneh.
Mereka mengatakan kepadaku "Orang-orang akan terbiasa pada waktunya jadi jangan khawatir" dan juga hal-hal kejam lainnya. Meski begitu, mungkin karena anggapan jelek berubah pada dirinya semenjak keluarganya terkena kutukan, Rembrandt-san berinteraksi denganku dengan cara yang sangat normal.
Pada akhirnya, dia tidak membiarkan diriku bertemu istri dan putrinya, tetapi itu masih berlangsung dengan lancar.
Aku bisa meninggalkan kediaman Rembrandt dengan tenang. Aku benar-benar harus mengucapkan terima kasih padanya. Pada waktunya, aku harus memprioritaskan dirinya ketika aku berencana untuk mengedarkan produk Asora secara terang-terangan.
Satu-satunya urusan yang tersisa saat ini hanyalah Asora. Atau lebih tepatnya, Tomoe dan Mio.
Setelah aku pergi, sepertinya Shiki memberi tahu mereka dan, seperti yang diharapkan (Maaf Shiki), mereka keterlaluan.
Shiki berubah menjadi sangat pucat. Sampai-sampai aku merasa tubuhnya transparan dan aku bisa melihat sesuatu keluar dari mulutnya.
Apa saja yang aku rencanakan, apa saja yang aku pikirkan dan apa yang aku inginkan; aku membicarakan semuanya pada mereka. Keduanya terlihat agak enggan tetapi menerima pada akhirnya. Tatapan iri yang tertuju pada Shiki dari tadi sampai saat ini, yah, mau gimana lagi.
Bukan sebagai hadiah perpisahan atau apa, tetapi aku memutuskan untuk memberi mereka tugas. Itu merupakan sesuatu yang telah mereka tanyakan sebelumnya, tetapi karena aku tidak tahu jawabannya pada saat itu, aku telah menunda sampai saat ini.
Itu mungkin bukan jawaban yang benar, tetapi aku masih memberi tahu mereka mengenai hal itu.
Untuk Tomoe, itu mengenai katana. Atau lebih seperti, tentang seni berpedang. Tentu saja, aku ini seorang amatir dibidang itu. Jika ini tentang Iai, aku mempunyai sedikit pengalaman dari temanku yang pernah mengajariku, tetapi itu tidak sampai di tingkat praktisnya. Jujur saja, tingkatnya cuma sampai dimana tangan kiriku bahkan tidak mampu lagi menahan ketegangan, sangatlah amatiran. Aku belum pernah memotong orang-orangan jerami.
(TLer: orang-orangan yg kek buat latihan di dojo2 Konohagakure)
Meski begitu, aku mencoba mencari informasi semacam itu di kepalaku dan aku dapat mengingat salah satu dasar dalam seni berpedang. Ini sesuatu yang sangat tidak terduga bagiku. Tomoe mengatakan dirinya akan mulai menggunakan katana, maka ini pasti bisa menjadi referensinya.
Aku mulai dengan genggaman. Genggaman yang digunakan saat memegang Katana, atau begitulah sebutannya. Aku pernah diberitahu tanpa melatih hal ini dengan benar, semua gerakan yang kau lakukan dengan pedang tidak akan praktis. Sepertinya itu semacam tradisi, tetapi sebenarnya ada makna tersembunyi di baliknya, itu merupakan satu-satunya nasehat yang diberitahukan padaku, jadi aku merasa sedikit minta maaf kepada Tomoe. Karena itu kita harus mulai melatih genggaman terlebih dahulu. Cobalah pedang yang lebih panjang dan lebih berat daripada yang kau gunakan, itulah yang aku rekomendasikan kepadanya.
Ketika aku menemukan kesempatan, aku harus melihat ingatanku sekali lagi untuk mengkonfirmasi cara berlatih dan nasehat senseiku. Mengambil bagian di mana aku pernah diberitahu "tidak memiliki bakat" dan "pecundang", ingatan buruk itu memangnya masih tersisa ya?
Untuk Mio, itu mengenai black magic. Gadis ini sering menanyaiku tentang berbagai senjata, tetapi sepertinya dia mengerti perasaan yang aku miliki tentang mereka, maka dari itu dirinya mencoba mereproduksinya dengan black magic tanpa bertanya kepadaku mengenai hal itu. Seberapa besar rasa sukamu pada senjata?
(TLer: pokoknya yg berhubungan ama black magic, darkness, kaga bakal w terjemah karena aneh)
Tetapi untuk Mio, yang bisa mereproduksi peluru kecil dalam waktu singkat, sedang mengalami masalah pada kurangnya daya tembus. Aku juga kurangtahu mengenai jenis bentuk peluru agar bisa menembus dengan kecepatan tinggi, maka dari itu aku selalu ragu untuk menjawabnya ketika dia meminta saran. Seharusnya dengan bentuk yang dibuat Mio sudah tak perlu dipermasalahkan, tetapi elemen darkness sejatinya digunakan untuk serangan langsung, jadi lebih cocok untuk menghasilkan dampaknya. Aku masih belum tahu menganai rinciannya.
Aku tidak banyak mengetahui jenis-jenis senjata di duniaku sebelumnya. Aku pernah membaca manga yang membahas itu, tetapi banyak halaman yang aku skip sehingga membuatku kekurangan informasi. Pada akhirnya, aku mengajarinya menggunakan nasehat sensei dan posturnya. Aku pikir saran ini lebih baik daripada saran Tomoe.
Saran itu yaitu rotasi. Jika aku tidak salah ingat, ketika peluru melewati laras senapan, peluru itu memberikan rotasi, akurasi, kemampuan menusuk, dan tenaga murni. Sensei memberitahuku teorinya secara terperinci, tapi jujur, aku hanya menyukai busur dan sepertinya aku tidak tertarik pada pistol yang merupakan juga senjata jarak jauh, karena itu aku tak memperhatikannya dengan serius.
Yah, itu pasti sesuatu yang mirip dengan bor. Aku tidak tahu mengapa keakuratannya akan meningkat dan kupikir aku tak perlu mengetahui sebabnya. Lagipula itu sama halnya seperti busur.
Itu sebabnya aku mencoba mengajari Mio mengenai rotasi.
Mari kita kesampingkan jika ini benar-benar layak disebut sebagai tugas. Mereka berdua terlihat bahagia jadi itu bagus.
Aku juga memberi tahu mereka mengenai kenyataan jika aku menganggap mereka seperti keluargaku sendiri, dan aku tidak tahu apakah mereka menerimanya, mesikupun begitu aku ingin memberi mereka nama keluarga Misumi. Saat ini kan mereka hanya bernama Tomoe, Mio dan Shiki saja.
Tetapi aku bingung cara mengatakannya. Dan itu sangat memalukan, jadi pada akhirnya, aku tidak bisa mengatakannya. Aku benar-benar tidak berguna ya.
"Ayah ibu. Aku masih tidak tahu apa-apa mengenai kalian berdua, tetapi aku berencana untuk terus melangkah maju. Tidak apa-apa kan?” (Makoto)
Di sebuah bukit yang sepi di Asora, aku melakukan monolog. Apakah ada perubahan di Asora ketika aku membuat perjanjian dengan Shiki? Aku merasa seperti banyak bukit dan gunung telah terbentuk. Seperti biasa, mereka semua berada di tempat yang jauh maka tidak apa-apa, tetapi jika mereka dekat, aku khawatir dengan gempa bumi.
(TLer: monolog, ngomong sendiri)
Aku berada di atas salah satu dari mereka. Di tempat yang cukup jauh dari kota, aku kesini sendiri. Langit malam Asora berwarna merah. Ini merupakan waktu ketika udara dingin tertiup kebawah seolah-olah turun dari langit. Aku duduk dan bokongku mulai kedinginan.
Di tangan kiriku, aku memegang lukisan orang tuaku. Ukuran kertas ini sekitar A5, mungkin. Aku tidak tahu persis ukurannya. Ibu dan ayahku dilukis di kertas yang berbeda. Lukisan ini dibuat oleh Rinon atas dasar permintaanku.
Tidak ada seorang pun di Asora yang bisa menggambar dengan bagus. Aku tak menduga ternyata dia pandai menggambar. Sejujurnya, aku tidak enak meminta anak kecil untuk menggambar apa yang kuinginkan.
"..."
Ada satu hal lagi yang aku ingat. Tidak, itu lebih seperti, menghadapi.
Di tangan kananku yang menghadap ke atas ada gambar mengambang seperti hologram. Satu gambar yang ada di ingatanku.
(TLer: ini kemungkinan kekuatan Tomoe ngambil berkas ingatannya)
Di sana, seseorang bisa melihat ekspresi lembut semua orang. Di tempat di mana tidak ada pertempuran untuk mempertaruhkan hidupmu, dimana tempat yang sama-sekali tak tercium aroma bahaya.
Gambaran pertemuan anggota klub panahan.
Dalam kelompok itu, ada satu orang di bagian tengah, tatapanku tertuju pada seseorang yang paling tinggi.
“... Aku minta maaf karena menghilang setelah melarikan diri. Aku... akhirnya membunuh seseorang. Aku menangis, tetapi itu bukan karena aku merasa sedih. Lalu, aku mengingat kalian berdua dengan sangat jelas..." (Makoto)
Untaian kata yang tidak berhenti, keluar dari mulutku.
Hal pertama yang aku pikirkan adalah keluargaku, kemudian panahan, dan setelah mengesampingkan semua hal lain seolah-olah tidak apa-apa untuk melakukannya, aku datang ke dunia ini. Ketika aku memikirkannya, ada banyak penyesalan yang masih tersisa di dunia itu.
Tentang kedua gadis itu... meninggalkan mereka berdua dalam keadaan seperti itu, rasanya tidak baik-baik saja.
“Semua yang aku lakukan hanya setengah-setengah. Mengingat, melupakan. Itu membuatku mengerti kalau diriku benar-benar yang terburuk.” (Makoto)
Jika aku bisa mendedikasikan seluruh waktuku untuk satu hal, jika aku berani mengambil langkah sembari membaktikan diri pada panahan saja, pastilah sangat indah. Aku, seseorang yang ragu-ragu untuk melangkah, gagasan seperti itu, seperti yang diharapkan, aku hanyalah orang biasa yang hanya bisa menggunakan busur.
"Hei, Higashi, Hasegawa. Bahkan dengan itu, aku mencoba untuk berpikir yang terbaik. Setidaknya yang akan aku lakukan, untuk kalian berdua yang menyukaiku, berusaha sebaik mungkin untuk tidak menjadi pria yang akan mengecewakan kalian. Karena itu, jika aku bisa kembali suatu hari nanti, jika mungkin..." (Makoto)
(TLer: Ajg pen ngeharem, mana senpai + kouhainya susunya gede-gede pula)
Meskipun begitu, aku telah membunuh seseorang. Di masa depan tidak mungkin untuk tidak membunuh orang lagi.
Jika memungkinkan…
Kata-kata setelah itu ... Aku tidak bisa mengatakannya.
Kumohon mengertilah.
Saat ini, aku harus memulainya dari itu.
Apa yang harus aku lakukan, akan kuputuskan setelah menyelesaikan ini. Sampai saat itu, sepertinya aku akan peduli pada perang antara ras iblis dan hyuman. Untuk saat ini tak perlu mengambil keputusan. Apakah itu Dewi, atau hyuman, iblis, atau demihuman?
Aku menundukkan kepalaku seolah-olah membungkuk, dan menguatkan tekadku untuk pergi.
Kota Akademi, Rotsgard. Dari peta yang aku lihat, tempatnya dekat dengan bagian tengah benua. Tanah yang melampaui luasnya negara kecil. Dari apa yang aku dengar di Tsige, di bagian barat dayanya, meskipun tempat itu merupakan kota yang berfokus pada penelitian dan studi, tempatnya juga berada di dekat perbatasan zona perang dengan ras iblis.
Itulah tempat yang akan aku tuju selanjutnya.
Jangan lupa Like Fanspage kami & Share terjemahan ini ya !!!
Semangat min.
ReplyDeleteNovel ini bagus.
Nanti MCnya jadi Psikopat, yang bunuh orang tanpa rasa bersalah. mirip lah sama Overlord. Terus Hibiki jadi perek.